Kementerian UMKM Rencanakan Pembinaan UMKM untuk Perluas Akses ke Rantai Pasok Industri
Kamis, 23 Januari 2025 | 13:00 WIB
LINK UMKM - Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berencana untuk mengadopsi metode pembinaan yang diterapkan oleh Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) guna membantu pelaku UMKM agar bisa terhubung dengan rantai pasok industri. Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Kementerian UMKM, Arif Rahman Hakim, yang mengakui kesuksesan YDBA dalam mengembangkan UMKM, terutama di sektor otomotif. Menurut Arif, metode pembinaan yang diterapkan oleh YDBA telah terbukti efektif dalam membantu UMKM menjadi bagian dari rantai pasok, khususnya dalam industri otomotif, yang kini semakin banyak UMKM yang terlibat dalam jaringan Astra.
Arif menjelaskan bahwa program pembinaan YDBA ini sangat relevan dengan visi besar Kementerian UMKM untuk meningkatkan rasio partisipasi UMKM dalam rantai pasok industri yang hingga saat ini baru mencapai 4,1%. Pemerintah berharap BUMN yang memiliki rantai pasok besar tidak hanya bergantung pada impor dari luar negeri, tetapi juga berperan dalam membangun rantai pasok domestik yang melibatkan UMKM Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Arif menyatakan bahwa pihaknya berencana untuk menerapkan metode pembinaan yang telah dilakukan oleh YDBA dalam program inkubasi UMKM di lima provinsi di Indonesia, yaitu Sumatra Selatan, Riau, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, dan Bali.
Lima provinsi ini akan dijadikan sebagai proyek percontohan untuk pengembangan UMKM dengan fokus pada sektor unggulan masing-masing daerah. Misalnya, di Kepulauan Riau, fokus pengembangan UMKM dapat diarahkan pada hilirisasi sektor perikanan, sementara di Bali akan berfokus pada sektor pariwisata. Hal ini tentu akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan antara Kementerian UMKM dan YDBA. Arif berharap, dalam kurun waktu lima tahun ke depan, program ini dapat menciptakan pengusaha UMKM yang mandiri dan terhubung langsung dengan rantai pasok industri.
Di sisi lain, Ketua Pengurus YDBA, Rahmat Samulo, mengungkapkan bahwa salah satu kelemahan sektor UMKM saat ini adalah belum terbentuknya rantai pasok yang solid antara usaha kecil dan industri besar. Untuk itu, YDBA memfokuskan upayanya pada penghubungan UMKM dengan ekosistem rantai pasok yang lebih luas. Rahmat menjelaskan bahwa YDBA tidak hanya memperkenalkan UMKM kepada industri besar, tetapi juga mendidik mereka untuk meningkatkan kualitas produk mereka, dengan memperbaiki aspek Quality, Cost, and Delivery (QCD), sehingga UMKM siap untuk memasuki pasar industri besar.
Samulo juga menambahkan bahwa hasil nyata dari pembinaan yang dilakukan oleh YDBA terlihat dari banyaknya industri manufaktur yang dulunya kecil, seperti bengkel, kini telah berkembang menjadi industri besar dengan jumlah tenaga kerja yang meningkat signifikan. Bahkan, mesin yang digunakan pun kini telah berstandar industri. Menurutnya, komitmen dan konsistensi YDBA dalam membina UMKM di daerah menjadi kunci keberhasilan dalam mempertemukan UMKM dengan industri besar.
Dengan adopsi metode pembinaan YDBA, Kementerian UMKM berharap bisa mempercepat pertumbuhan UMKM Indonesia, memungkinkan mereka untuk menjadi bagian yang lebih besar dari rantai pasok industri nasional, dan mendorong peningkatan ekonomi domestik.
***
NS/ALP