Sejarah dan Makna Lampion pada Perayaan Imlek

Minggu, 22 Januari 2023 | 08:00 WIB

Ilustrasi Foto Lampion (Freepik/Tyasindayanti)

LINK UMKM -  Perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan pemasangan lampion warna merah di sejumlah tempat, di antaranya tempat ibadah, kawasan pecinan, pinggir jalan, dan area publik lainnya. Lampion akan digantung di sejumlah titik, mulai dari rumah, tempat ibadah Khonghucu, bahkan di jalan raya atau pusat keramaian sejak sebelum, saat, dan setelah perayaan Imlek. Keberadaannya menambah semarak suasana perayaan Tahun Baru China itu.

Ternyata, lampion atau lentara khas China tersebut bukan sekadar dekorasi biasa. Dilansir dari kompas.com Lampion memiliki nilai sejarah serta mengandung makna filosofis yang dipercaya oleh warga Tionghoa. Lampion sudah ada sejak Dinasti Han (25-220) dan dipergunakan untuk melapisi lampu atau penerangan. Selain itu, lampion juga digunakan untuk sembahyang ke tempat peribadatan setiap tanggal 15 di bulan pertama kalender lunar. Kegiatan ini menjadi cikal bakal Festival Lampion yang diselenggarakan hingga saat ini.  Di Indonesia, kita bisa menyaksikan Festival Lampion di Candi Borobudur yang digelar satu kali setiap tahunnya.  Lampion mulai digunakan untuk keperluan yang lebih modern saat Dinasti Tang (618-907), Orang-orang mulai menggunakan lampion kertas untuk perayaan-perayaan yang sifatnya lebih luas. Misalnya, sebagai bentuk syukur atas kehidupan yang damai, negara yang kuat, dan lain sebagainya.

Dahulu, lampion hanyalah sebuah lilin yang dikelilingi bambu, kayu, atau jerami. Sementara pada bagian atas atau penutupnya menggunakan sutra atau kertas agar nyala api tidak tertiup angin. Pada era Dinasti Han Timur, sekitar abad ke 3, pada tahun 25 - 220 masehi, lampion berfungsi sebagai sumber cahaya hingga mengusir bintang buas.  Seiring berjalannya waktu, lampion diadopsi oleh para biksu Buddha sebagai bagian dari ritual ibadah, sampai pada akhirnya, lampion mulai identik dengan perayaan tahun baru dalam penanggalan Tionghoa.  

Saat perayaan Imlek, kita pasti mendapati berbagai ornamen berwarna merah mulai dari lampion, lentera, pernak-pernik, angpao hingga pakaian yang dikenakan. Ternyata, asal usul warna merah pada perayaan Tahun Baru Imlek ini berasal dari binatang buas bernama Nian yang konon katanya meneror penduduk dengan memakan, hewan ternak, tanaman hingga anak-anak.

Nian yang berwujud seperti seekor banteng jantan berkepala singa ini takut kepada 3 hal yaitu, suara bising, api dan warna merah. Karena itulah, saat Imlek, masyarakat menggunakan berbagai macam hal yang bernuansa merah yang dianggap untuk menangkal keberadaan makhluk tersebut. Petasan dan kembang api juga bisa digunakan untuk menakuti Nian agar tidak mengganggu masyarakat yang sedang merayakan Imlek. Maka dari itu, memasang lampion juga dipercaya dapat menghindari penghuni rumah dari ancaman kejahatan. 

***

GN/LMP

Komentar (0)

Copyright @ 2024 Link UMKM, All right reserved | Page rendered in 0.1566 seconds