Pertanian Vertikal Menjadi Tren Baru dengan Omset Menggiurkan
Sabtu, 15 Juli 2023 | 08:00 WIB
LINK UMKM - Proyek besar sedang dilakukan negara-negara eropa untuk melanggengkan pertanian yang berkelanjutan. Hal ini didorong oleh permintaan konsumen akan perubahan dan peringatan atas kerusakan permanen oleh perusahaan besar. Salah satu caranya adalah pertanian vertikal yang telah diterapkan dibeberapa daerah di Inggris.
Marks and Spencer adalah salah satu petani modern yang mengadaptasi pertanian vertikal ke dalam tokonya, dengan pilihan berbagai tanaman sayuran hingga rempah yang sekarang mulai ditanam dan bisa sekaligus dipanen di toko-toko di London.
Mereka sendiri telah bermitra dengan Infarm, sebuah perusahaan pertanian vertikal yang berkembang pesat yang berbasis di Berlin, dan juga telah beroperasi di jaringan supermarket lain di seluruh Eropa. Selain bermitra dengan para petani, pertanian vertikal juga telah mulai merambah restaurant hingga dunia penjualan online.
Pertanian vertikal sendiri bekerja dengan menanam sayuran dalam lapisan bertumpuk melalui media yang telah dirancang sedemikian rupa dan dikendalikan tanpa menggunakan tanah.
Penenaman melalui media vertikal ini memanfaatkan energi cahaya sebagai aspek utama dalam perkembangannya. Emmanuel Evita, direktur komunikasi global di Infarm, mengungkapkan bahwa melalui metode ini, memungkinkan para petani untuk mandiri terhadap iklim dan mampu tumbuh dalam kondisi apa pun, meskipun terdapat perubahan iklim, cuaca ekstrem, atau bencana yang biasanya mengganggu produksi dan distribusi makanan.
Pada dasarnya pertanian vertikal ini dapat diaplikasikan langsung di luar maupum di dalam ruangan. Dibandingkan dengan metode pertanian konvensional, Infarm berpendapat bahwa pertanian vertikal menggunakan lebih sedikit ruang dan lebih sedikit air. Tanaman tersebut juga ditanam secara lokal dan bebas dari pestisida kimiawi, menjadikannya lebih baik bagi konsumen dan lingkungan.
Salah satu alasan pertanian vertikal dapat membantu mengurangi limbah ekologis yang terkait dengan pertanian industri tradisional, adalah karena pertanian menggunakan 95 persen lebih sedikit air dan 75 persen lebih sedikit pupuk. Ia juga tidak menggunakan pestisida kimia, tidak ada benih yang dimodifikasi secara genetik dan dikatakan mampu menghemat 14 liter air per kilogram produk.
Namun memang, pertanian vertikal bukanlah metode yang menghasilkan hasil produksi dengan harga murah, bahkan bisa tiga hingga lima kali lebih mahal dari pertanian tradisional. Tetapi Infarm mengatakan bahwa produk yang mereka sediakan sepadan dengan harga tersebut, terutama dengan manfaat yang dibawanya bagi lingkungan.
Evita menambahkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, investor dari seluruh dunia telah tertarik pada inovasi yang menjawab kebutuhan akan solusi berkelanjutan dalam tantangan untuk mempengaruhi planet kita.
Terlebih lagi dalam masa pandemi ini juga menimbulkan banyak masalah bagi industri pertanian vertikal. Namun hal tersebut telah meningkatkan minat baik dari investor dan konsumen dengan para petani vertikal yang mencapai pertumbuhan penjualan hingga 222 persen pada kuartal kedua tahun ini.
Hal ini menunjukan bahwa pertanian vertikal mempeunyai prospek yang sangat menguntungkan Dimana Infarm sendiri telah berkembang selama satu dekade telah berkembang dan memiliki 900 pertanian di supermarket dan pusat distribusi di seluruh dunia, dan memungkinkan untuk memproduksi lebih dari 250.000 tanaman sebulan dan terus berkembang.
***
GN/LM