Kisah Inovasi Kompor Batik Listrik dari CV Astoetik yang Menggabungkan Tradisi dan Teknologi
Rabu, 1 Januari 2025 | 08:00 WIB
LINK UMKM - Inovasi dalam industri batik kini semakin menggeliat berkat peran CV. Astoetik Indonesia. Perusahaan ini berhasil mengembangkan alat-alat modern yang mendukung keberlanjutan tradisi membatik. Salah satu inovasi terbesarnya adalah kompor batik listrik, yang diciptakan untuk mempermudah proses membatik dengan teknologi canggih. Produk ini menjadi solusi bagi para pembatik yang sebelumnya kesulitan akibat terbatasnya pasokan minyak tanah.
Aris Stiyawan, Direktur CV. Astoetik Indonesia, mengungkapkan bahwa ide pembuatan kompor batik listrik muncul pada tahun 2013, saat Indonesia mengalami kesulitan akibat pembatasan distribusi minyak tanah. Sebagai lulusan Teknik Elektro, Aris awalnya tidak pernah membayangkan akan terlibat dalam industri batik. Namun, melihat masalah yang dihadapi para pembatik, ia merasa terpanggil untuk menciptakan solusi berupa kompor batik listrik. Kompor ini menghilangkan ketergantungan pada bahan bakar minyak tanah, yang pada saat itu semakin sulit didapatkan.
"Saat pemerintah menghentikan subsidi BBM, banyak pembatik yang kesulitan karena mereka terbiasa menggunakan kompor minyak tanah. Dari situ saya berpikir untuk menciptakan kompor listrik, dan ternyata responsnya luar biasa," cerita Aris ketika berbincang mengenai awal mula ide tersebut.
Kompor batik listrik yang pertama kali diciptakan oleh Aris tidak hanya diterima dengan baik oleh para pengrajin batik, tetapi juga menjadi cikal bakal berdirinya Astoetik Indonesia. Nama Astoetik sendiri merupakan singkatan dari "Auto Electric Stove for Batik", yang merujuk pada produk pertama mereka yang inovatif. Seiring berjalannya waktu, Astoetik mulai mengembangkan berbagai alat bantu membatik lainnya, termasuk canting listrik portable, yang semakin mempermudah pekerjaan para pengrajin batik.
Pada tahun 2019, perusahaan ini melakukan rebranding menjadi CV. Astoetik Indonesia setelah sebelumnya berdiri dengan nama yang berbeda. Perusahaan yang berbasis di Bantul, Yogyakarta, kini dikenal sebagai pelopor inovasi alat batik berbasis teknologi.
Aris mengungkapkan bahwa pada awal merintis bisnis alat membatik, ia masih bekerja di sebuah BUMN. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa untuk mengembangkan bisnisnya lebih jauh, ia harus sepenuhnya fokus pada usaha tersebut. Setelah memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya, bisnis Astoetik pun mulai berkembang pesat.
Dengan inovasi yang terus berkembang, Astoetik Indonesia telah berhasil menggabungkan teknologi modern dengan tradisi membatik yang sudah ada sejak lama. Aris percaya bahwa kemajuan teknologi tidak harus menghapuskan tradisi, justru dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan batik ke pasar yang lebih luas, serta mendukung efisiensi dalam proses produksi.
***
NS/ALP