Kisah Inspiratif Kertas yang Bisa Tumbuh Jadi Tanaman Berasal dari Limbah Kertas
Jumat, 13 Desember 2024 | 10:00 WIB
LINK UMKM - Seed Paper Indonesia, sebuah perusahaan yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan, berhasil menciptakan produk inovatif yang mengubah limbah kertas menjadi sesuatu yang bermanfaat. Produk ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memungkinkan pengguna untuk menanam kertas bekas dan menyaksikan tanaman baru tumbuh. Ini adalah ide cemerlang yang digagas oleh Riska Fadilla Sari bersama suaminya, yang mendirikan perusahaan tersebut pada tahun 2019.
Riska, yang sebelumnya belajar hukum, memang memiliki minat besar terhadap alam dan lingkungan. Saat masih kuliah di Universitas Mpu Tantular, ia aktif dalam organisasi Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala). Di sinilah ia mulai menyadari permasalahan limbah kertas yang sering dibuang begitu saja, termasuk tumpukan kertas skripsi dan dokumen organisasi yang hanya dibakar. Hal ini menjadi titik awal bagi Riska untuk mencari solusi yang lebih ramah lingkungan.
Bersama sang suami, Riska mulai melakukan riset kecil-kecilan untuk mengembangkan ide tentang mendaur ulang kertas bekas dan menggabungkannya dengan benih tanaman. Dari riset tersebut lahirlah ide untuk menciptakan produk kertas yang dapat ditanam setelah digunakan. Produk ini, yang dikenal dengan nama Seed Paper, terbuat dari bahan daur ulang dan mengandung bibit tanaman seperti bayam, pakcoy, serta berbagai jenis bunga, termasuk marigold, zinnia, cosmos, dan celosia. Setelah digunakan, kertas ini dapat ditanam di tanah dan akan terurai menjadi kompos dalam waktu 3-4 bulan, sehingga menjadi tanaman baru.
Inovasi ini kemudian diproduksi secara serius oleh Riska dan suaminya pada tahun 2019, dan mereka mulai memasarkan produk mereka pada tahun 2020. Semula mereka menjalankan bisnis ini sambil bekerja, namun seiring dengan semakin banyaknya permintaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, mereka akhirnya memutuskan untuk fokus penuh mengembangkan Seed Paper Indonesia.
Kertas bibit ini menawarkan berbagai manfaat, selain sebagai produk ramah lingkungan, juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti kartu ucapan, kartu nama, kalender, dan price tag. Dengan harga mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 25.000, produk ini menarik perhatian banyak kalangan, terutama generasi muda yang semakin peduli dengan isu keberlanjutan. Riska menyebutkan bahwa produk mereka sangat populer di kalangan Gen Z, yang sering melihat dan tertarik dengan konten di media sosial, terutama TikTok.
Namun, meskipun permintaan semakin tinggi, Riska mengakui bahwa tantangan terbesar mereka adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan. Banyak orang yang masih belum sepenuhnya memahami manfaat dari kertas bibit ini, sehingga edukasi menjadi langkah penting yang harus dilakukan untuk menjelaskan bagaimana produk ini dapat membantu mengurangi limbah.
Selain itu, Seed Paper Indonesia juga memberikan dampak sosial yang positif. Mereka mempekerjakan artis-artis dari kaum marginal, termasuk mereka yang putus sekolah dan mahasiswa yang membutuhkan penghasilan tambahan. Selain itu, mereka juga menampung limbah kertas dari masyarakat sekitar, yang kemudian didaur ulang menjadi produk baru. Langkah ini membantu meningkatkan ekonomi di komunitas sekitar dan turut menciptakan lapangan kerja.
Saat ini, Seed Paper Indonesia telah bekerja sama dengan ratusan brand, baik di dalam negeri maupun internasional, seperti di Singapura, Malaysia, Hongkong, Dubai, dan Spanyol. Ke depan, Riska dan suami berencana mengembangkan lebih lanjut produk mereka, termasuk menciptakan kertas yang bisa menumbuhkan pohon, sehingga dapat menciptakan hutan kecil yang dapat berkontribusi pada kelestarian alam.
Bagi Riska, bisnis ini bukan hanya soal keuntungan semata, tetapi juga tentang menumbuhkan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan bagi masa depan bumi. Ia mengajak semua orang untuk berkontribusi menjaga lingkungan, karena masa depan yang lebih baik dimulai dari langkah kecil yang diambil hari ini.
***
NS/SKA