Harapan Khoiri Pengrajin Kayu Ulin Selama 16 tahun Asal Banjarmasin
Senin, 17 Januari 2022 | 12:00 WIB
LINK UMKM - Dimulai dari pukul 09.00 Wita hingga petang menjelang, tangan terampil Khoiri pria paruh baya berusia 50 tahun memotong batangan kayu ulin dengan menggunakan scroll saw.
Ditemui di tempat usahanya di Jalan Piere Tendean, beragam kerajinan dihasilkan Khoiri diantaranya ventilasi, pagar, pemukul baseball, palu sidang, plakat, dan atang kubur (makam).
Sebelum dipotong menggunakan scroll saw, kayu-kayu tersebut diukir dengan pola motif-motif tertentu terlebih dulu.
“Yang paling banyak dipesan adalah ventilasi terutama ventilasi minimalis berbentuk kotak, karena fungsinya untuk pertukaran udara yang banyak dimanfaatkan di rumah-rumah. Motif dan ukurannya macam-macam. Pelanggan bisa melihat contoh hasil yang sudah saya kerjakan, namun bisa juga kustom atau sesuai keinginan pelanggan,” jelasnya.
Harga berbagai kerajinan ulin di Kerajinan Kayu Arthomoro yang mengambil tempat di lokasi berukuran 3×4 meter ini dipatok bervariasi mulai Rp 2.500-100.000 tergantung jenis kerajinan, motif, dan ukuran yang dipesan pelanggan.
Dia menceritakan, bahwa pekerjaan sebagai pengrajin kayu ulin telah dilakoni Khoiri sejak 16 tahun silam.
Selama berbisnis kerajinan kayu ulin ini, ia masih belum mempunyai tempat sendiri dan harus menyewa tempat di Jalan Piere Tendean.
“Di kawasan Jalan Piere Tendean ini adalah lokasi yang strategis, semua pelanggan sudah mengetahui tempat ini mudah dijangkau karena terletak di pusat kota. Sehingga untuk pindah dari sini saya kira berat walaupun saya harus terus sewa tempat ini untuk berwirausaha,” ucapnya.
Ia berharap pihak pemerintah bisa memberikan perhatian lebih kepada para pengrajin kayu ulin, terutama untuk tempat berwirausaha, karena sistem sewa itu kepemilikan sepenuhnya ada dari pemilik tempat, suatu saat diambil dan tidak disewakan lagi adalah risiko yang harus diterimanya.
Diakuinya, pelanggan ramai berbondong-bondong memesan kerajinan ulin ketika memasuki bulan Ramadhan.
Meski begitu, setiap harinya selalu ada pelanggan yang datang. Suplai bahan baku sendiri didatangkan Khoiri dari Liang Anggang Banjarbaru.
Tidak ada pemasaran khusus, diakuinya pelanggan langsung datang menghampiri tempat ia bekerja. Dari para pelanggan setia itulah testimoni dari mulut ke mulut yang juga sebagai bentuk promosi jasa kerajinan ulin milik Khoiri.
Di usia yang semakin bertambah, keahlian yang dimiliki Khoiri sebagai pengrajin kayu ulin tampaknya akan berhenti di dirinya, dan tak bisa diteruskan ke generasi selanjutnya.
Hal ini pun disayangkan oleh Khoiri, karena pengrajin kayu ulin saat ini sudah mulai langka di Banua.
“Saya coba ajarkan kepada anak, tapi dia tidak berminat untuk menjadi pengrajin kayu ulin. Kalau sudah seperti itu saya tidak bisa memaksa, karena keputusan semua ada di tangan anak untuk memilih menjadi apa di masa mendatang,” pungkasnya.
RZ/MG