Perjalanan Denny Mengelola Sampah Jagatera Jadi Sepatu

Jumat, 15 November 2024 | 10:00 WIB

Perjalanan Denny Mengelola Sampah Jagatera Jadi Sepatu

LINK UMKM - Pengelolaan sampah menjadi salah satu masalah serius di Indonesia yang belum ada solusinya, mengingat volume sampah yang terus meningkat. Menyadari kondisi ini, sebagian masyarakat Indonesia berinisiatif untuk mengelola sampah. Salah satu yang tergerak untuk menyelamatkan lingkungan adalah Denny M. Pondiu (41), yang mendirikan layanan pengelolaan sampah *Jagatera* pada tahun 2014. Denny berbagi kisah perjalanan awal pendirian Jagatera serta berbagai produk yang telah dihasilkan melalui layanan tersebut.

Sebelum memulai Jagatera, Denny sudah terlibat dalam sebuah social movement yang fokus pada pengelolaan sampah. Pada tahun 2014, ia menginisiasi pengumpulan pakaian bekas untuk disalurkan kepada mereka yang membutuhkan. Denny menjelaskan bahwa pada awalnya mereka tidak memikirkan bisnis, melainkan hanya ingin mengajak orang-orang untuk menyumbangkan pakaian yang masih layak pakai.

Empat hingga lima tahun kemudian, ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Denny melihat kesempatan untuk mengembangkan social movement tersebut. Pandemi yang membuat berbagai aktivitas terhenti menjadi momen bagi Denny untuk mengubah inisiatifnya menjadi layanan pengelolaan sampah yang lebih luas. Ia mengungkapkan bahwa pada awalnya itu bukanlah bisnis, namun akhirnya pengelolaan sampah yang mereka lakukan semakin berkembang dan menjadi komersial.

Jagatera mulai berkembang dan tidak hanya menerima sampah pakaian, tetapi juga jenis sampah spesifik lainnya, seperti furnitur, boneka, alat elektronik, dan peralatan rumah tangga. Saat ini, Jagatera mengelola antara lima hingga sepuluh ton sampah per bulan dari masyarakat. Sampah-sampah tersebut kemudian diproses dan diolah menjadi berbagai produk baru. Beberapa produk yang telah dihasilkan dari sampah-sampah ini antara lain produk home decor dan sepatu.

Denny menyebutkan bahwa salah satu produk yang dihasilkan adalah *Jagatera Brick*, yaitu bata dekoratif untuk home decor. Selain itu, mereka juga membuat sepatu dengan komposisi sekitar 30 persen dari bahan daur ulang. Selain itu, Jagatera juga mengumpulkan dan menyortir sampah lain seperti botol plastik, kardus, kertas, logam, dan besi untuk dikirim ke mitra daur ulang.

Meski pada awalnya Jagatera lebih berfokus pada kegiatan sukarela, seiring waktu Denny memutuskan untuk memperkenalkan model komersial demi mempertahankan kelangsungan operasional. Denny menyadari bahwa untuk mengembangkan layanan ini, ia perlu merekrut tim profesional dan mengelola operasional secara lebih efisien. Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2014, kegiatan tersebut masih berbasis sukarela, namun kini dengan tim yang lebih profesional, mereka membutuhkan dana untuk menutupi biaya operasional.

Denny memutuskan untuk mengenakan biaya kepada masyarakat yang ingin menyetorkan sampah, mulai dari Rp10.000 per kilogram untuk sampah tekstil seperti baju, mainan, sandal, sepatu, dan boneka. Sampah-sampah tersebut kemudian diolah atau didaur ulang. Selain itu, Jagatera juga membuka layanan pick-up sampah dari rumah ke rumah yang dilakukan setiap bulan.

Denny berharap semakin banyak orang yang sadar dan paham mengenai pengelolaan sampah, terutama sampah spesifik yang lebih sulit untuk diolah, seperti sampah elektronik dan peralatan rumah tangga. Ia berharap masyarakat lebih peduli dan tidak membuang sampah sembarangan setelah produk tidak lagi digunakan.

Denny menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang lebih spesifik, seperti pakaian bekas, mainan, dan barang-barang lainnya yang sering kali tidak diketahui cara pengolahannya. Ia berharap masyarakat semakin sadar akan hal ini dan membantu dalam mengurangi masalah sampah yang semakin meningkat.

 

***

SKA/SKA

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x