Ali Gufron Hapus Pengangguran Dengan Budidaya Lele
Minggu, 2 Januari 2022 | 12:00 WIB
LINK UMKM - Pria kelahiran Bojonegoro bernama Muhammad Aminuddin Ghufron Ali Musmar ini melakukan pendampingan budidaya ikan lele kepada warga di desa Cengkir, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Bukan tanpa alasan, pria 22 tahun ini tergerak melakukan pendampingan kepada warga karena melihat banyak pemuda yang putus sekolah dan menganggur. Diakuinya bahwa sebagai mahasiswa Fakultas Perikan dan Kelautan (FPK), Ghufron merasa prihatin atas kejadian tersebut. Ghufron dan tim pun berkeinginan untuk menumbuhkan lagi minat masyarakat untuk budidaya lele.
“Selain itu alasan kedua karena Bojonegoro tiap harinya butuh ikan lele konsumsi sebanyak 7 kwintal hingga 1 ton, namun hal itu diambilkan dari Tulungagung,” ucap Gufron.
Ghufron yang memahami budidaya ikan lele, maka komoditas itulah yang dipilih untuk membangun desanya. ia sengaja membuat 3 kolam lele di halaman rumahnya agar bisa dijadikan sebagai contoh.
Dengan cara budidaya yang mudah dan tidak menyita waktu menjadi salah satu pertimbangan warga mulai menekuni budidaya ikan lele. Guna menekan biaya, Gufron mengajarkan kepada warga budidaya lele di kolam terpal menggunakan rangka bambu yang banyak tersedia di Desa Cengkir. Kini ada 30 warga yang membudidayakan lele.
Dengan harga jual eceran Rp. 22.000 sampai Rp. 27.000/kg dan borongan Rp. 15.000/kg, masyarakat memperoleh tambahan pendapatan Rp. 2 juta sampai Rp. 6 juta/dua bulan.
Dalam melakukan pemasarannya, Gufron menjembatani dengan mendatangkan pembeli dan juga membeli dari warga dengan harga lebih tinggi daripada tengkulak. Begitu juga dengan benih. Ghufron menyediakan benih dan meminjamkan benih yang dibayar saat panen.
Guna mengatasi kendala kelangkaan bibit lele yang pernah dialami Ghufron mendirikan CV Mina Sejahtera yang bergerak dalam bidang pembibitan lele. Ia membangun 20 kolam untuk pembibitan dan pembesaran dengan omzet penjualan mencapai Rp. 20 juta/bulan dengan keuntungan 40% atau Rp. 8 juta/bulan.
Selama menjalankan usaha ini Gufron yang masih tercatat sebagai mahasiswa harus bolak - balik Surabaya - Bojonegoro. Kesinambungan program pengembangan lele di Desa
Cengkir relatif dapat berjalan tanpa tergantung pada Ghufron karena ayah Ghufron dapat menggantikan perannya menjelaskan pada masyarakat atau pengunjung tata cara budidaya lele.
RZ/MG