Ekspor Komoditas Rumahan Dipermudah Meningkatkan Keberhasilan UMKM di Lampung
Sabtu, 19 Oktober 2024 | 13:00 WIB
LINK UMKM - Sabar, seorang pengusaha berusia 40 tahun, menunggu di antrean kantor pos siang itu dengan sabar. Di depannya terdapat tiga kardus berisi bubuk kopi yang siap dikirim. Saat kursi di depan meja petugas kosong, Sabar melangkah maju sambil membawa kardus-kardus tersebut, kemudian menyerahkan sejumlah dokumen kepada petugas. Dia menginformasikan bahwa pengiriman kali ini adalah yang keempat, dan jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar dua hingga tiga kardus.
Sabar merupakan pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Bandar Lampung yang memproduksi kopi bubuk hasil sangrai sendiri untuk diekspor ke beberapa negara di Timur Tengah. Dia menjelaskan bahwa mereka membeli biji kopi dari para petani. Setelah melakukan beberapa uji coba, mereka akhirnya menemukan tingkat sangrai yang disukai oleh konsumen di negara tujuan.
Sebagian besar pelanggan Sabar adalah mahasiswa Indonesia yang berperan sebagai reseller kopi bubuknya di luar negeri. Menurutnya, proses ekspor kini semakin mudah, terutama dengan bantuan dari Balai Karantina. Beberapa persyaratan yang sebelumnya tidak diketahuinya kini telah disampaikan, sehingga produk ekspor tidak akan dikembalikan oleh negara tujuan.
Ekspor kopi juga dilakukan oleh Mister Zian Coffee, sebuah UMKM di Kabupaten Lampung Barat. Pada Agustus 2024, mereka berhasil mengekspor satu ton biji kopi sangrai ke Taiwan. Kepala Balai Karantina Lampung, Donni Muksydayan, mengakui bahwa tren ekspor yang dilakukan oleh UMKM terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan data dari IQFAST (Indonesia Quarantine Full Automation System), total produk kopi biji sangrai dari UMKM Lampung yang diekspor ke Cina pada tahun 2023 mencapai 900 kilogram.
Donni menambahkan bahwa tren ini meningkat di tahun 2024, dengan ekspor kopi biji sangrai melalui karantina di Kantor Pos Pahoman, Bandar Lampung, mencapai 1.100 kilogram. Rinciannya adalah sebanyak 100 kilogram diekspor ke Cina pada bulan Maret, dan 1.000 kilogram atau satu ton diekspor ke Taiwan.
Selain komoditas utama seperti nanas dan gula, Donni menjelaskan bahwa produk UMKM juga memiliki potensi yang besar di pasar internasional. Beberapa produk UMKM yang telah menembus pasar global antara lain keripik singkong, keripik pisang, dan keripik talas, dengan tujuan ekspor ke Kanada, Malaysia, Singapura, dan Cina.
Melihat kondisi ini, penting bagi pelaku UMKM dan petani di Lampung untuk lebih percaya diri dan meningkatkan kualitas produk mereka. Dengan meningkatnya kualitas, harga produk juga dapat naik. Misalnya, kopi bubuk dari Lampung yang telah diolah memiliki nilai yang cukup tinggi dibandingkan dengan ekspor hanya biji kopi mentah.
***
MIN/AHS