Inovasi Kulit Scoby Kombucha oleh Ignacio Rayden Yap: Dari Ide ke Realitas
Senin, 12 Agustus 2024 | 13:00 WIB
LINK UMKM - Ignacio Rayden Yap, siswa kelas 12 di Jakarta Intercultural School (JIS), telah menciptakan gebrakan dalam dunia kerajinan tangan dengan memanfaatkan kulit scoby kombucha. Usahanya ini tidak hanya menampilkan kreativitas tetapi juga komitmen terhadap lingkungan. Rayden, yang baru berusia 16 tahun, telah mengembangkan berbagai produk dari kulit scoby kombucha, termasuk pouch, dompet, tempat iPad, tempat botol minum, jaket, dan tote bag.
Rayden memproduksi 2-3 jenis kerajinan setiap bulan, dengan waktu pembuatan yang bervariasi, mulai dari 3 hari untuk pouch hingga 2 minggu untuk jaket. Menurut Rayden, salah satu tantangan terbesar adalah menemukan produk yang cocok untuk menggunakan kulit scoby kombucha. Dengan terus belajar dan melakukan riset untuk memastikan produk yang dihasilkan berkualitas tinggi.
Ide untuk membuat kerajinan dari kulit scoby kombucha berawal dari ketertarikan Rayden pada teknik lingkungan hidup dan keinginannya untuk mengurangi pencemaran. Saat mengikuti summer program di New York pada Juli 2023, Rayden terinspirasi oleh seseorang yang mendaur ulang jas lamanya. Dari situlah keinginan mencoba hal serupa dengan kulit yang ramah lingkungan.
Setelah kembali ke Jakarta, Rayden mulai melakukan riset mendalam tentang kombucha dan scoby. Kombucha, yang merupakan teh fermentasi, menghasilkan scoby (Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast) yang bisa diubah menjadi bahan kulit. Setelah tiga bulan riset, Rayden menemukan bahwa scoby bisa menjadi alternatif kulit yang kuat dan fleksibel.
Pembuatan kulit scoby kombucha melibatkan beberapa tahap. Pertama, Rayden merebus teh hitam atau hijau dengan gula, lalu menambahkan scoby. Proses fermentasi memerlukan waktu sekitar tiga minggu. Setelah scoby membentuk lapisan seperti jelly, Rayden mencuci, mengeringkan, dan menjemurnya selama 5-7 hari di bawah sinar matahari. Menurutnya kulit scoby kombucha memiliki tekstur unik yang dapat dibentuk sesuai kebutuhan.
Setelah kulit scoby siap, Rayden bekerja sama dengan perajin lokal untuk menjahit dan membuat produk. Dengan langkah memberdayakan perajin di Bantul untuk membuat tote bag dan di Pasar Tebet untuk jaket. Rayden juga aktif mengajarkan teknik pembuatan kulit scoby kepada perajin di Bantul dan Cilacap, Jawa Tengah.
Rayden menghadapi berbagai kendala dalam proses pembuatan kulit scoby kombucha. Percobaan pertamanya gagal karena takaran bahan yang tidak tepat, sedangkan percobaan kedua tidak berhasil karena masalah ventilasi. Namun, percobaan ketiga membuahkan hasil yang memuaskan. Rayden berhasil membuat kulit scoby yang berkualitas setelah beberapa kali percobaan.
Produk Rayden, yang kini hanya tersedia melalui pre-order, telah diperkenalkan dalam event internasional seperti World Water Forum di Bali. Dengan harga mulai dari Rp100 ribu hingga Rp3 juta, produk ini menunjukkan potensi pasar yang besar. Ke depan, Rayden berencana untuk mengembangkan produk-produk baru seperti sepatu, sandal, lampu meja, dan tatakan piring.
Rayden berharap inovasi ini dapat meyakinkan banyak orang bahwa kulit scoby kombucha adalah alternatif ramah lingkungan yang berkualitas. Dengan tekad dan kreativitasnya, Rayden berpotensi membawa perubahan positif di dunia fashion dan kerajinan tangan, sekaligus mendukung usaha kecil dan menengah.
***
NNA