Penggunaan Garam Berlebih Risiko Terkena Penyakit Ginjal Kronis
Senin, 22 Januari 2024 | 00:09 WIB
LINK UMKM - Garam merupakan zat kimia yang terdiri dari senyawa utama Natrium Klorida (NaCl), yang sering dikenal sebagai garam dapur. Di Indonesia, umumnya garam diproduksi melalui proses penguapan air laut yang menggunakan energi matahari atau sumber panas lainnya.
Garam memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai penyedap rasa dalam masakan, pengawet alami untuk makanan, penjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh manusia, bahan penting dalam proses kimia dan industri, serta digunakan untuk membekukan es dan memberikan traksi di jalan pada musim dingin.
Penggunaan garam yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan, seperti peningkatan tekanan darah yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Selain itu, konsumsi garam yang berlebihan juga dapat berkontribusi pada retensi air, menyebabkan pembengkakan dan ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat memengaruhi fungsi organ-organ penting seperti ginjal. Oleh karena itu, penting untuk menjaga konsumsi garam dalam batas yang disarankan untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan.
Dikutip dari Kumparan.com - Sebuah riset menunjukkan, menambah garam pada makanan secara berlebihan dapat menyebabkan risiko terkena penyakit ginjal kronis. Hubungan ini terlihat jelas bagi mereka yang memiliki indeks massa tubuh atau tingkat aktivitas fisik yang rendah.
“Dalam penelitian ini, kami menganalisis hubungan frekuensi penambahan garam pada makanan dengan kejadian CKD (penyakit ginjal kronis) di antara orang dewasa yang dilaporkan sendiri dari penelitian UK Biobank (UKB),” ujar tim peneliti di jurnal JAMA Open.
Orang yang secara sering menambahkan garam pada makanan cenderung memiliki skor diet yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang jarang menambahkan garam. Para peneliti menyatakan bahwa hasil ini dapat dianggap sebagai petunjuk bahwa sebaiknya seseorang mulai mengurangi konsumsi garam pada makanan sebagai langkah untuk mengurangi risiko terkena penyakit ginjal kronis.
“Kami baru-baru ini menemukan bahwa frekuensi penambahan garam pada makanan yang dilaporkan lebih tinggi (biasanya saat makan), perilaku makan umum yang dibentuk oleh preferensi jangka panjang seseorang terhadap rasa asin pada makanan dan kebiasaan asupan garam, berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, mortalitas premature, dan diabetes tipe 2,” kata tim peneliti.
Yuk, Sobat LinkUMKM, hindari konsumsi garam berlebih untuk tubuh yang lebih bugar dan sehat. Tubuh yang sehat adalah pondasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari Sobat LinkUMKM.
***
FF/RAT