Suka Duka Membangun Bisnis Kecantikan Omset Jutaan
Rabu, 9 Maret 2022 | 17:03 WIB
Brilian - Kejelian melihat peluang merupakan salah satu unsur keberhasilan mengembangkan bisnis. Tidak perlu pusing mencarinya, mungkin saja peluang tersebut ada di setiap kebiasaan kita.
Trisya Suherman misalnya, wanita yang gemar merawat diri ke salon justru melihat kebiasaannya ini bisa menjadi peluang bisnis. Wanita yang akrab disapa Icha ini mengembangkan bisnis salon, perawatan kecantikan dan spa yang diberi nama Bambu Spa.
Icha menceritakan, awalnya dia merasa ingin mendirikan usaha sesuai dengan apa yang dia sukai. Dengan modal Rp 30 juta dia memberanikan diri untuk membuka salon dan spa di kawasan Cengkareng. Dengan modal seadanya dia hanya mampu membuka salon dan spa di ruko kecil yang ada di lantai 2 saja.
"Itu waktu 2008, cuma spa biasa. Memang di situ ada bambu-bambu, makanya di sebut Bambu Spa," tuturnya
Untungnya, outletnya itu dekat dengan kos-kosan pramugari, mereka puas dengan pelayannya hingga menjadi pelanggan setia. Namun para pramugari itu ternyata tidak hanya tertarik dengan pelayanannya tapi juga bisnisnya.
Beberapa pramugari langganannya itu mengajak Icha untuk membuka cabang lagi dengan modal patungan. Tawaran tersebut diterimanya dan akhirnya mereka membuka cabang di Modern Land, Tangerang.
Namun sayang, cabang itu hanya berjalan 2 tahun saja. Bukan karena bisnisnya gagal, tapi karena pemilik ruko enggan memperpanjang kontrak sewanya. Dari situ dia belajar, jika ingin berbisnis maka tempat yang disewa harus dalam jangka panjang. Sebab rentang waktu 2 tahun bisnis masih dalam tahap pengembangan.
"Belum BEP harus pindah lagi, renovasi lagi. Karena kalau bikin spa itu yang paling mahal renovasinya," terang Icha megutip detik.
Saat cabang itu ditutup, beberapa pelanggan di cabang Modern Land itu juga tertarik untuk join bisnis dengannya. Merasa banyak yang tertarik dengan bisnisnya itu, terbesit dalam pikiran Icha untuk mewaralabakan bisnisnya itu.
Namun, Icha tak ingin bisnisnya diwaralabakan secara prematur, harus ada persiapan yang matang. Oleh karena itu pada 2012 dia membuka satu cabangan lagi di Sunter, Jakarta Utara sebagai prototipe sebelum membuka pintu waralaba.
Sambil mempersiapkan sistem kerja sama bisnisnya, secara tidak sengaja dia menemukan spa yang menggunakan media bambu. Kalau itu dia sedang berlibur ke Thailand dan hendak melepas lelah dengan menjajal relaksasi spa di sana.
Ketika menjajal salah satu spa di sana ternyata ada satu pelayanan yang pijatannya menggunakan media bambu. Bambu-bambu berukuran kecil ditempelkan ke tubuh sebagai alat untuk memijatnya.
"Saya cobain ternyata enak. Saya kepikiran untuk mencobanya. Sampai di sini kita cari tahu, Googling, akhirnya kita dapat tranier dan bambunya. Bambunya itu khusus kita datangkan dari Aceh dan Medan," kenangnya.
Menurut Icha, Bambu memiliki khasiat untuk menghaluskan kulit bahkan hingga menurunkan lemak. Selain itu bambu juga dipercaya menyimpan ion positif, sehinga dengan pijatan dari bambu akan mampu menghilangkan penat. Kebetulan juga pijatan menggunakan bambu itu terasa berjodoh dengan nama spanya, Bambu Spa.
Setelah sistem kerja sama waralaba disiapkan, cabang prototipe juga berjalan mulus dengan metode pelayanan yang baru, Icha pun siap menerima pinangan dari mitra yang ingin bekerja sama.
Melalui bendera PT Luosie and Chelsea Indonesia, Bambu Spa kini sudah memiliki 16 cabang, 3 di antaranya dimiliki Icha sendiri sisanya kerja sama dengan mitra.
Cabang-cabang tersebut terpencar di beberapa titik bahkan hingga ke Bali. Belum lama ini dia juga meresmikan 1 cabang lagi di kawasan Tebet.
Untuk bekerja sama juga tidak bisa sembarangan, Anda harus memiliki modal yang cukup besar. Nilai investasinya dari mulai Rp 500 juta, lalu Rp 500-Rp 1 miliar dan Rp 1 miliar ke atas tergantung luasannya. Uang tersebut tentunya unuk merenovasi tempat, peralatan lengkap hingga biaya operasional awal. Tapi dengan omset seperti itu tentu untuk balik modal sepertinya tidak perlu menunggu waktu yang lama.
Meski Icha enggan menyebutkan berapa profit yang masuk ke kantong pribadinya, namun dia mengatakan rata-rata setiap cabang Bambu Spa memiliki omzet hingga Rp 200 juta per bulan. Dia juga mendapatkan royalty fee 8% dari omzet mitranya, serta franchise fee Rp 38 juta untuk 5 tahun.
Ya, jika bisa ditebak skala bisnisnya memang bukan usaha kecil-kecilan lagi. Mungkin bisnisnya yang awalnya hanya bermula dari ruko kecil kini menjadi mesin pembuat uang baginya.
Kini Icha berniat untuk membawa bisnisnya naik ke level selanjutnya. Dia hendak membawa Bambu Spa melantai di pasar modal. Meski masih berupa wacana tapi dia sudah mulai berkonsultasi dengan perusahaan sekuritas yang bernama Kresna Sekuritas guna membenahi struktur laporan keuangannya.
"Kita masih review untuk IPO, mungkin 2019. Kita ingin perusahaan kita profesional. Ada kebanggan tersendiri perusahaan kita ada di pasar modal walaupun dalamnya harus mau di obrak-abrik," tuturnya.
Jika dia mendapatkan dana segar dari hasil IPO, Icha bermimpi akan menggunakannya untuk membeli atau membangun 1 gedung di Ibu Kota sebagai landmark dan kantor pusat Bambu Spa.
"Saya mau bikin gedung di tengah kota, kita ingin punya itu. Nanti gedung itu bisa jadi training center terapis sekaligus prototipe," tandasnya