Mengenal Si Pengusaha Muda yang Ajak Difabel Berkreasi
Selasa, 1 Maret 2022 | 11:00 WIB
Brilian - Menemukan pengusaha wanita yang sukses dan cantik tentunya banyak. Namun yang berhati mulia, Amat langka bukan? Namun tidak bagi Dea Valencia, si Miliuner Batik ini tidak mau kaya sendirian dia mengajak para disabilitas untuk turut menjadi pengusaha. Sejak usia 16 tahun Dea sudah menggeluti bisnisnya.
Berawal dari ketertarikannya akan pola batik namun dia tak mampu membeli batik sendiri. Kemudian Dea mulai mendaur ulang batik-batik lamanya yang sudah tidak model lagi. Batik tersebut bahkan ada yang sudah rusak karena dimakan serangga atau berlubang karena terkena arus banjir. Hingga akhirnya dia mulai memodifikasi batik-batik tersebut.
Dikutip goukm.id, ternyata dari pola-pola tersebut terbentuklah baju batik yang baru. Itulah yang menjadi asal muasal batik kulturalnya. Di awal bisnisnya dia hanya berhasil membuat 20 potong pakaian. Namun kini dia berhasil membuat batik hingga 800 potong untuk dipasarkan tiap bulannya. Harganya sendiri beragam mulai dari Rp250.000 hingga Rp1,2 juta rupiah. Atau setara dengan Rp3,5 Milyar per tahunnya.
Jika ditanya berapa modalnya atau bagaimana dia memulai usaha. Maka Dea akan menjawab memulai semuanya dari nol. Bahan batiknya saja berasal dari batik-batik bekas. Begitu juga dengan desainnya karena dia tak bisa menggambar sehingga dia sendiri yang bergaya di depan kamera untuk mendesainnya. Kemudian dia mulai berani memiliki desainer sendiri yang bisa menggambar ada satu orang. Dea yang memiliki ide kemudian dia transfer ke otak untuk dijadikan gambar.
Mengajak Kaum Difabel untuk Merintis Usaha Bersamanya
Berbeda dengan pengusaha batik kebanyakan yang biasanya memperkerjakan orang yang normal agar pekerjaan cepat selesai. Ketika usahanya mulai mengalami kelancaran Dea justru mempekerjakan empat puluhan warga sekitarnya yang merupakan lulusan kejuruan Menjahit dari Lembaga Pendidikan Anak Tuna Rungu.
Karyawan yang dia pekerjakan beragam ada yang punya kaki tapi tidak punya tangan namun masih bisa bekerja. Ada yang tuna rungu, ada yang tuna wicara. Mengapa Dea justru mempekerjakan mereka karena ingin adanya giving back society (timbal balik kepada masyarakat).
Di awal mempekerjakan mereka tentunya menjadi tantangan bagi Dea, karena terhambat masalah komunikasi. Namun lambat laun Dea jadi mulai bisa mengatasi masalahnya. Dia mencoba berkomunikasi melalui media tulisan. Kehadiran penyandang disabilitas justru memberi motivasi sendiri bagi gadis kelahiran, 14 September 1994.
Karena mereka jarang mengeluh meski dengan keterbatasannya. Baginya pekerjanya adalah orang-orang yang hebat tak menyerah, tak mau dikasihani orang lain dan tetap berjuang mencari nafkah meski dalam keterbatasan. Bahkan tidak suka menunda-nunda pekerjaan atau membuat alasan-alasan. Padahal dirinya yang normal masih sering menunda pekerjaan dengan beragam alasan.
Terkadang Dea malu karena beberapa pegawainya yang menyandang kaum difabel lebih mandiri daripada Dea. Meski tangannya hanya sampai siku dan kakinya hanya sampai lutut si pekerja tersebut mampu melakukan semuanya sendiri. Mulai dari menjahit, menulis, hingga bisa mengirim SMS. Hingga kini usahanya yang dibangun bisa berkembang berkat pekerjanya yang mayoritas kaum difabel.
Untuk mendapatkan karyawan yang difabel maka Dea mengandalkan jaringan pertemanan difabel. Selain itu dia juga bekerja sama dengan Rehabilitation Center (RC) yang memberikan pelatihan keterampilan bagi para difabel salah satunya keterampilan menjahit. Jadi mereka diberikan tambahan pelatihan tiga bulan di tempat Dea. Bukan aspek kecepatan menjahit yang ditekankan bagi para karyawan melainkan aspek kerapian.
Sumber: goukm.id