Iklim Usaha Industri Furnitur dan Kerajinan Terus Diperbaiki
Senin, 5 November 2018 | 14:30 WIB
Brilian - Pemerintah mendukung perbaikan iklim usaha industri furnitur dan kerajinan untuk meningkatkan nilai ekspor. Sektor ini menjadi salah satu prioritas nasional dengan ketersediaan bahan baku berupa kayu, rotan, dan bahan alami yang mencukupi di Indonesia.
Ekspor industri furnitur mencapai 1.71 miliar dolar AS pada 2015, 1.61 miliar dolar AS (2016) dan 1.63 miliar dolar AS (2017). Sementara, nilai perdagangan furnitur dunia berdasarkan data CSIL sebesar 130 miliar dolar AS pada 2015, 131 miliar dolar AS (2016) dan 138 miliar (2017).
“Kinerja ekspor industri furnitur serta peranan Indonesia dalam ekspor furnitur dunia harus ditingkatkan lagi,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
Selain itu, kinerja ekspor furnitur juga masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi bahan baku yang ada dimana Indonesia merupakan penghasil 85 persen bahan baku rotan dunia.
Daerah penghasil rotan di Indonesia sebagian besar berada di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Dari 306 jenis rotan, saat ini baru 51 jenis yang telah dimanfaatkan.
Untuk itu, pemerintah berupaya mengoptimalkan potensi industri furnitur dan kerajinan melalui beberapa kebijakan, di antaranya dengan mendirikan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di lokasi Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.
Selain itu juga peningkatan kapasitas SDM terampil melalui Program Pendidikan Vokasi yang link and match antara SMK dengan industri.
Kemenperin telah membangun fasilitas Pusat Inovasi Rotan Nasional (PIRNas) di Kawasan Industri Palu. PIRNas yang telah beroperasi sejak 2014 merupakan basis pengembangan rotan nasional, khususnya untuk desain dan teknologi produksi produk rotan.
PIRNas dilengkapi mesin-mesin dengan teknologi baru serta gudang penyimpanan produk.