Pembiayaan Mikro Didominasi Sektor Pertanian, Dorong Produktivitas UMKM Naik Kelas
Selasa, 4 November 2025 | 08:00 WIB

LINK UMKM - Sektor pertanian kembali mencatat peran paling dominan dalam penyaluran pembiayaan usaha mikro tahun ini. Berdasarkan laporan hingga akhir September 2025, total pembiayaan yang tersalurkan ke subsektor pertanian mencapai lebih dari Rp58 triliun, atau sekitar 44 persen dari keseluruhan alokasi kredit usaha mikro yang beredar di tingkat nasional. Angka tersebut memperlihatkan bahwa pertanian masih menjadi tumpuan utama pembiayaan produktif di berbagai daerah.
Jika dikombinasikan dengan sektor produksi lainnya—seperti perikanan, perdagangan, industri pengolahan, serta jasa—total penyaluran mencapai lebih dari 64 persen dari keseluruhan pembiayaan mikro yang diberikan pada periode yang sama. Kondisi ini mengindikasikan adanya pergeseran orientasi pembiayaan menuju kegiatan yang berkontribusi langsung terhadap produktivitas dan ketahanan ekonomi rakyat, bukan sekadar konsumtif.
Secara agregat, total pembiayaan usaha mikro hingga triwulan ketiga tahun ini telah menembus angka lebih dari Rp130 triliun dengan jumlah penerima mencapai hampir tiga juta debitur. Jumlah tersebut mewakili sekitar tiga perempat dari total kuota pembiayaan yang dialokasikan untuk tahun berjalan. Capaian ini menandakan bahwa kebutuhan modal kerja di tingkat usaha kecil dan mikro terus meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi pascapandemi serta meningkatnya aktivitas sektor riil di daerah.
Dalam sejumlah kajian keuangan mikro, pembiayaan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) terbukti memiliki korelasi kuat terhadap peningkatan produktivitas usaha kecil dan perluasan lapangan kerja. Hal ini terutama terjadi pada sektor pertanian, di mana tambahan modal memungkinkan petani membeli input produksi lebih awal, memperluas lahan tanam, atau mengadopsi teknologi sederhana seperti irigasi tetes dan alat pertanian efisien.
Peningkatan distribusi pembiayaan hingga ke tingkat rumah tangga juga menunjukkan hasil positif. Hingga September 2025, diperkirakan sekitar 18 rumah tangga dari setiap 100 rumah tangga telah memanfaatkan fasilitas pembiayaan mikro. Angka tersebut meningkat dibandingkan dua tahun sebelumnya yang masing-masing masih berada di kisaran 14 hingga 15 rumah tangga. Kenaikan ini memperlihatkan adanya perbaikan akses terhadap sumber permodalan, terutama bagi keluarga yang menjalankan usaha rumahan.
Secara historis, sejak program pembiayaan mikro diluncurkan satu dekade lalu, total akumulasi dana yang tersalurkan telah mencapai lebih dari Rp1.380 triliun kepada lebih dari 45 juta penerima. Fakta ini menegaskan bahwa pembiayaan mikro telah menjadi salah satu instrumen penting dalam memperkuat struktur ekonomi nasional berbasis usaha kecil dan menengah.
Pakar ekonomi mikro menilai, tren dominasi sektor pertanian dalam penyaluran pembiayaan ini bukan hanya mencerminkan karakter ekonomi Indonesia yang agraris, tetapi juga menunjukkan potensi besar transformasi produktif di desa-desa. Pembiayaan yang tepat sasaran dapat membantu petani, perajin, serta pelaku usaha kecil di sektor pangan untuk naik kelas melalui peningkatan kapasitas produksi dan pengelolaan keuangan yang lebih baik.
Ke depan, keberlanjutan pembiayaan produktif akan sangat bergantung pada kemampuan lembaga keuangan dan pemerintah dalam menjaga kualitas kredit serta memperluas literasi keuangan di kalangan pelaku usaha mikro. Dengan dukungan kebijakan yang konsisten, program pembiayaan semacam ini diharapkan terus menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi inklusif di tingkat akar rumput.
RA/NN



