Realisasi KUR Capai 72,6 Persen, Sektor Produksi Jadi Penopang Utama
Sabtu, 1 November 2025 | 13:00 WIB

LINK UMKM - Program pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kembali menunjukkan kontribusi pentingnya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan pemberdayaan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Berdasarkan data terkini, realisasi penyaluran KUR mencapai 72,6 persen dari total target tahunan sebesar Rp300 triliun. Angka tersebut mencerminkan penyaluran dana sebesar Rp218 triliun yang telah terserap ke lebih dari 3,7 juta debitur di seluruh Indonesia.
Dari total penerima, sekitar 1,08 juta di antaranya tercatat sebagai debitur graduasi, yaitu pelaku usaha yang berhasil naik kelas dari segmen mikro ke tingkat usaha kecil atau menengah. Sementara itu, sekitar 1,05 juta lainnya merupakan debitur baru yang baru pertama kali memperoleh akses pembiayaan formal.
Fokus utama program KUR pada tahun ini diarahkan ke sektor produksi, yang meliputi bidang pertanian, perikanan, industri pengolahan, serta perdagangan produktif. Penyaluran ke sektor ini mencapai 60 persen dari total pembiayaan, yang merupakan capaian tertinggi dalam lima tahun terakhir. Sebelumnya, penyaluran KUR ke sektor produktif cenderung stagnan di kisaran 55–57 persen, menunjukkan bahwa kebijakan tahun ini telah berhasil memperluas orientasi pembiayaan ke arah yang lebih produktif.
Peningkatan penyaluran tersebut menjadi sinyal positif bagi penguatan struktur ekonomi daerah. Sektor produksi dianggap mampu memberikan efek berganda (multiplier effect) yang lebih besar dibandingkan sektor konsumsi, karena mendukung peningkatan kapasitas usaha, penciptaan nilai tambah, serta penyerapan tenaga kerja di berbagai wilayah.
Berdasarkan estimasi lembaga pembiayaan, setiap entitas usaha penerima KUR berpotensi menyerap dua hingga tiga tenaga kerja. Dengan demikian, total serapan tenaga kerja dari 3,7 juta debitur diperkirakan mencapai 6 hingga 9 juta orang. Kondisi ini memperlihatkan bahwa penyaluran KUR tidak hanya berperan sebagai instrumen keuangan, tetapi juga berfungsi sebagai pendorong penciptaan lapangan kerja dan penguatan ekonomi lokal.
Meskipun capaian realisasi tergolong tinggi, tantangan tetap ada pada upaya menggeser sebagian besar pelaku usaha dari sektor informal menuju sektor formal. Pelaku usaha kecil masih menghadapi kendala administratif, keterbatasan literasi keuangan, dan akses terhadap layanan perbankan. Oleh sebab itu, strategi ke depan difokuskan pada peningkatan kualitas pembiayaan, pendampingan usaha, serta digitalisasi proses perizinan agar inklusi keuangan dapat meningkat secara berkelanjutan.
Pemerintah juga berencana menambah porsi pembiayaan untuk sektor produksi menjadi 62 persen pada tahun mendatang. Langkah ini diharapkan mampu mempercepat transformasi ekonomi daerah, terutama di kawasan luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian dan sumber daya alam.
Pergeseran orientasi pembiayaan dari konsumsi menuju produksi dipandang sebagai upaya strategis untuk memperkuat daya tahan ekonomi nasional terhadap fluktuasi global. Dengan distribusi KUR yang lebih merata dan berbasis produktivitas, pertumbuhan ekonomi diharapkan tidak hanya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, melainkan juga merata hingga ke wilayah perdesaan.
Secara keseluruhan, realisasi KUR tahun ini menunjukkan arah kebijakan yang semakin inklusif dan berorientasi pada pemberdayaan nyata. Melalui kolaborasi antara lembaga keuangan dan pelaku usaha, diharapkan momentum positif ini dapat terus berlanjut untuk memperkuat struktur ekonomi berbasis rakyat dan meningkatkan kesejahteraan di berbagai lapisan masyarakat.
RA/N



