Program Makan Bergizi Gratis Disebut Serap Bahan Baku Lokal dan Dorong Ekonomi UMKM
Sabtu, 1 November 2025 | 08:00 WIB

LINK UMKM - Program makan bergizi gratis (MBG) disebut telah memberikan dampak ekonomi positif terhadap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di berbagai daerah. Program ini dinilai tidak hanya berfokus pada peningkatan kualitas gizi anak-anak, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi pelaku usaha lokal.
Dalam keterangannya, pihak penyelenggara menjelaskan bahwa pelibatan UMKM dalam program tersebut dilakukan secara langsung melalui penyediaan bahan pangan dan jasa logistik dapur umum. Setiap dapur umum yang beroperasi melibatkan sekitar 15 pemasok lokal, mulai dari petani, peternak, hingga produsen bahan makanan olahan. Dengan lebih dari seribu dapur yang telah berjalan di berbagai wilayah, kontribusi UMKM terhadap rantai pasok program ini dinilai signifikan.
Selain meningkatkan pendapatan pelaku usaha kecil, program ini juga disebut membentuk ekosistem ekonomi baru di tingkat daerah. Beberapa wilayah bahkan mulai mengembangkan produksi pangan secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan dapur MBG. Di sejumlah daerah, muncul inisiatif lokal untuk memperkuat ketahanan pangan dengan mengembangkan peternakan ayam petelur, budidaya sayuran, serta produksi bumbu dapur tradisional yang digunakan dalam penyediaan menu bergizi.
Pengamat ekonomi menilai, pola kolaboratif seperti ini dapat memperkuat rantai ekonomi daerah, terutama ketika permintaan terhadap bahan pangan meningkat secara konsisten. Dalam jangka panjang, efek berganda dari program MBG diperkirakan mampu mendorong munculnya pusat-pusat ekonomi baru yang berbasis pangan lokal.
Namun demikian, pelaksanaan program ini diakui masih menghadapi sejumlah tantangan. Proses distribusi bahan pangan dan pengawasan mutu menjadi dua aspek utama yang perlu diperbaiki agar kualitas gizi tetap terjaga. Evaluasi menyeluruh disebut penting dilakukan untuk memastikan agar implementasi program tidak hanya efektif dalam hal penyerapan bahan baku, tetapi juga efisien dalam pengelolaan anggaran dan pemenuhan standar gizi anak-anak.
Pelaku usaha di beberapa daerah menyebut adanya peningkatan pesanan sejak program ini dijalankan, terutama untuk komoditas seperti telur, beras, sayuran, dan daging ayam. Namun, sebagian di antara mereka berharap adanya kepastian kontrak jangka panjang agar dapat berinvestasi lebih dalam pengembangan usaha. Hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan program bergantung pada sinergi antara penyelenggara, pelaku usaha, dan pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas pasokan serta kualitas bahan baku.
Para ahli juga menekankan pentingnya pendekatan partisipatif dalam setiap evaluasi kebijakan. Dengan melibatkan pelaku UMKM, asosiasi pangan lokal, serta masyarakat penerima manfaat, program ini diharapkan dapat terus disempurnakan. Upaya semacam ini tidak hanya memperkuat dimensi ekonomi, tetapi juga berkontribusi terhadap tujuan sosial berupa perbaikan gizi anak-anak di daerah.
Secara umum, program makan bergizi gratis dipandang sebagai langkah strategis yang menggabungkan aspek sosial dan ekonomi. Melalui keterlibatan UMKM sebagai penyedia bahan baku lokal, inisiatif ini mampu menciptakan sirkulasi ekonomi di tingkat akar rumput sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan evaluasi dan peningkatan berkelanjutan, program ini diharapkan dapat menjadi model pembangunan inklusif yang menyeimbangkan kesejahteraan masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi lokal.
RA/NN



