Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Dari Pemenuhan Gizi Anak hingga Penggerak Ekonomi Rakyat
Jumat, 24 Oktober 2025 | 08:00 WIB

LINK UMKM - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini mulai menunjukkan dampak ekonomi yang signifikan di berbagai daerah Indonesia. Tidak hanya berfokus pada pemenuhan gizi anak-anak sekolah, inisiatif ini juga menjadi penggerak utama ekonomi rakyat kecil, terutama bagi petani, nelayan, koperasi, dan pelaku UMKM lokal.
Ekonomi Rakyat Bergerak dari Dapur ke Pasar
Ketua Advokasi Persaudaraan Tani-Nelayan Indonesia, Tunjung Budi Utomo, menjelaskan bahwa program MBG dirancang tidak sekadar untuk menekan angka stunting, tetapi juga menciptakan efek berganda bagi sektor produksi dan konsumsi masyarakat bawah.
“MBG bukan sekadar memastikan anak-anak mendapat gizi seimbang, tetapi menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat menengah ke bawah,” ujarnya di Jakarta.
Program ini melibatkan rantai pasok lokal secara menyeluruh. Mulai dari petani penyedia beras dan sayuran, nelayan pemasok ikan, hingga UMKM yang memproduksi makanan olahan. Seluruh komponen bahan pangan berasal dari rakyat sendiri, menciptakan siklus ekonomi yang berputar di tingkat desa dan kota kecil.
Koperasi dan UMKM Jadi Penggerak Utama
Menurut Tunjung, koperasi desa memegang peran penting dalam menghubungkan produsen dengan konsumen. Keberadaan MBG membuat koperasi memiliki fungsi strategis sebagai agregator bahan pangan, memastikan harga jual stabil, serta menumbuhkan kapasitas produksi petani dan nelayan.
“Setiap bahan pangan yang digunakan dalam program ini berasal dari rakyat sendiri — dari beras, sayuran, ikan, telur, hingga olahan rumah tangga. Inilah bentuk nyata ekonomi kerakyatan yang berputar di tingkat lokal,” jelasnya.
Dampak positifnya tidak hanya terlihat dari peningkatan pendapatan pelaku usaha kecil, tetapi juga dalam pembentukan lapangan kerja baru di sektor logistik, jasa boga, dan tenaga masak di sekolah.
Presiden Prabowo Subianto dalam berbagai kesempatan menegaskan, program MBG dirancang untuk memberikan efek berantai ekonomi (multiplier effect) di lingkungan masyarakat. “Kini semakin banyak masyarakat yang bisa bekerja dan berdaya di lingkungannya sendiri,” kata Tunjung mengutip pernyataan Presiden.
Dampak Ekonomi Nyata: Produksi, Distribusi, Konsumsi
Secara empiris, Tunjung menilai MBG memberikan tiga efek ekonomi utama:
- Efek Produksi — Petani dan nelayan memiliki kepastian pasar berkelanjutan.
- Efek Distribusi — Rantai pasok lokal seperti koperasi dan pelaku logistik ikut bergerak.
- Efek Konsumsi — Keluarga penerima manfaat memiliki daya beli lebih baik karena pengeluaran untuk makan anak berkurang.
Dengan sirkulasi dana langsung di tingkat masyarakat, setiap rupiah yang dikeluarkan negara melalui MBG kembali ke tangan rakyat. “Ini bukan bantuan sosial, melainkan sirkulasi ekonomi rakyat yang nyata,” tegas Tunjung.
Gotong Royong Nasional untuk Kemandirian Ekonomi
Selain berdampak ekonomi, MBG juga menjadi simbol gotong royong nasional. Desain program ini dinilai inklusif karena memberi ruang partisipasi bagi pelaku ekonomi kecil yang sebelumnya kurang terlibat dalam rantai pasok pangan nasional.
“Melalui peran koperasi, petani, dan nelayan, MBG bukan hanya soal makanan bergizi, tapi tentang membangun Indonesia yang sehat, kuat, dan sejahtera,” tutup Tunjung.
RA/NS



