Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Dari Gizi Anak Sekolah hingga Kebangkitan UMKM Purworejo

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 13:00 WIB

Program Makan Bergizi Gratis MBG Dari Gizi Anak Sekolah hingga Kebangkitan UMKM Purworejo

LINK UMKM - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, kini bukan hanya menjadi inisiatif pemenuhan gizi bagi siswa, tetapi juga penggerak ekonomi lokal yang memberi napas baru bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dijalankan secara sistematis dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat, program ini menjadi contoh sinergi sosial-ekonomi yang efektif di tingkat daerah.

  1. Dampak Langsung terhadap Kesehatan dan Semangat Belajar Siswa

Setiap hari, ribuan siswa di Kecamatan Bener menerima menu makan siang bergizi yang bervariasi. Rasa yang lezat dan tampilan yang menarik membuat anak-anak antusias menyantap hidangan tanpa sisa. Secara empiris, hal ini menunjukkan peningkatan penerimaan terhadap pola makan sehat di kalangan anak-anak, terutama pada makanan bergizi seperti sayur dan susu yang sebelumnya kurang diminati.
Guru SDN Sendangsari, Suharti, menyebutkan bahwa siswa kini lebih bersemangat berangkat ke sekolah dan bahkan menantikan waktu makan siang. Indikator ini menjadi bukti bahwa peningkatan kualitas gizi berdampak langsung pada motivasi belajar dan kehadiran siswa.

  1. Multiplier Effect terhadap Ekonomi Lokal

Manfaat program MBG tak berhenti di sekolah. Selama tujuh bulan berjalan, program ini menciptakan rantai ekonomi baru di Purworejo. Ratusan warga terlibat sebagai juru masak, petugas distribusi, pencuci wadah makan, hingga penyedia bahan pangan segar.
Siti Khoimah, juru masak di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Mandiri Nastiti Harapan Mulya, mengaku merasakan tambahan penghasilan yang signifikan. Sementara itu, pedagang sayur seperti Novianti Puji kini rutin memasok sayur mayur dua hingga tiga kali seminggu, memastikan pasokan bahan lokal terserap optimal. Hal ini menunjukkan bahwa MBG tidak hanya menjaga gizi siswa, tetapi juga memperkuat rantai pasok pangan berbasis UMKM lokal.

  1. Sistem Produksi yang Efisien dan Higienis

SPPG Dapur Mandiri yang menjadi tulang punggung produksi MBG di Purworejo mempekerjakan 47 juru masak, mayoritas ibu rumah tangga. Setiap malam pukul 23.00 WIB, mereka mulai menyiapkan hingga 3.900 porsi makanan untuk 29 sekolah.
Proses memasak dilakukan dua sesi—pagi untuk PAUD dan SD, serta pagi menjelang siang untuk SMP dan MTs. Dapur menerapkan standar kebersihan ketat dengan penggunaan masker, sarung tangan, celemek, dan pengujian rasa sebelum distribusi. Dengan sistem kontrol kualitas tersebut, program ini menjadi contoh praktik food safety berbasis komunitas yang efektif dan berkelanjutan.

  1. Efek Sosial dan Pembentukan Kebiasaan Baru

Program MBG juga membentuk kebiasaan sosial positif di kalangan siswa. Mereka mulai mengenali variasi menu sehat, bahkan ikut berpartisipasi melalui permintaan menu favorit. Fenomena ini memperlihatkan peningkatan literasi gizi sekaligus hubungan emosional positif antara anak dan penyedia makanan.

  1. Membangun Ekosistem UMKM yang Tangguh

Dengan dukungan pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat, MBG membuktikan bahwa kebijakan sosial dapat sekaligus menjadi instrumen pemberdayaan ekonomi. UMKM pangan di Purworejo kini memiliki pasar yang stabil dan peluang pengembangan produk lokal.
Lebih jauh, program ini bisa menjadi model inkubasi ekonomi daerah, di mana rantai pasok pangan sehat dan berkelanjutan dikembangkan melalui kolaborasi antara dapur komunitas, petani lokal, dan pelaku UMKM.


Program Makan Bergizi Gratis di Purworejo bukan hanya proyek sosial, melainkan strategi pembangunan inklusif yang menyatukan aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi lokal. Melalui pengelolaan sistematis dan berbasis bukti, MBG berhasil membuktikan bahwa gizi anak bangsa dan kesejahteraan UMKM dapat tumbuh bersama.

RA/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x