Bagaimana UMKM Bisa Menerapkan Green Supply Chain

Senin, 13 Oktober 2025 | 08:00 WIB

Bagaimana UMKM Bisa Menerapkan Green Supply Chain

LINK UMKM - Kesadaran terhadap isu lingkungan kini semakin memengaruhi arah bisnis global, termasuk di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dalam konteks ini, konsep green supply chain atau rantai pasok hijau mulai menjadi perhatian utama. Prinsip utamanya adalah mengintegrasikan praktik ramah lingkungan ke dalam seluruh proses rantai pasok—mulai dari pengadaan bahan baku, produksi, distribusi, hingga pengelolaan limbah.

Bagi UMKM, penerapan green supply chain bukan sekadar tren, melainkan strategi berkelanjutan yang dapat meningkatkan efisiensi, memperkuat citra merek, serta membuka peluang pasar baru yang lebih sadar terhadap keberlanjutan.

Mengapa Green Supply Chain Penting untuk UMKM

Penerapan rantai pasok hijau memiliki dampak langsung terhadap efisiensi biaya dan keberlangsungan bisnis. Banyak UMKM yang menghadapi tekanan biaya operasional tinggi karena boros energi, penggunaan bahan baku yang tidak efisien, atau pengelolaan limbah yang kurang optimal.

Dengan menerapkan prinsip ramah lingkungan, pelaku usaha dapat menekan pemborosan sumber daya, meminimalkan sisa produksi, dan mengoptimalkan proses logistik. Selain itu, pasar domestik maupun internasional kini semakin menilai keberlanjutan sebagai bagian dari standar kualitas produk.

Secara empiris, berbagai penelitian menunjukkan bahwa bisnis yang menerapkan green supply chain cenderung memiliki tingkat efisiensi operasional 10–20% lebih tinggi dibanding bisnis yang masih menggunakan metode konvensional.

Langkah-Langkah UMKM Menerapkan Green Supply Chain

Penerapan konsep ini tidak harus dimulai dari perubahan besar. UMKM bisa melakukannya secara bertahap dan menyesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki.

  1. Pemilihan Bahan Baku Ramah Lingkungan

Langkah awal adalah memastikan bahan baku yang digunakan berasal dari sumber yang berkelanjutan. Misalnya, memilih bahan daur ulang, bahan lokal yang mudah diperbarui, atau produk yang tidak merusak ekosistem alam.

  1. Optimalisasi Proses Produksi

Tahap produksi sering menjadi sumber utama limbah dan penggunaan energi berlebih. UMKM dapat mulai dengan langkah sederhana seperti penggunaan peralatan hemat energi, pengaturan jadwal produksi agar mesin tidak menyala terus-menerus, dan pemanfaatan kembali sisa bahan produksi yang masih layak digunakan.

  1. Pengelolaan Logistik yang Efisien

Logistik hijau atau green logistics merupakan bagian penting dari green supply chain. UMKM dapat mengoptimalkan rute pengiriman, menggunakan kendaraan hemat bahan bakar, atau melakukan konsolidasi pengiriman agar efisien.

  1. Pengelolaan Limbah dan Daur Ulang

Setiap proses produksi hampir selalu menghasilkan limbah. Dengan sistem pengelolaan limbah yang terencana, UMKM dapat meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Limbah organik bisa dijadikan kompos, sementara limbah anorganik dapat dipilah untuk dijual kembali atau diolah menjadi produk baru.

  1. Edukasi Karyawan dan Konsumen

Keberhasilan green supply chain tidak hanya bergantung pada sistem, tetapi juga pada kesadaran sumber daya manusia. Pelaku UMKM perlu menanamkan budaya kerja ramah lingkungan kepada seluruh tim—mulai dari cara penggunaan energi hingga pengelolaan sisa produksi.

Dampak Jangka Panjang bagi UMKM

Secara jangka panjang, penerapan rantai pasok hijau dapat memperkuat posisi UMKM di pasar. Selain menekan biaya, citra usaha yang ramah lingkungan menjadi nilai tambah di mata konsumen dan mitra bisnis.

Pendekatan ini juga mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan pemerintah dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Dengan demikian, green supply chain bukan sekadar tren bisnis modern, tetapi bagian dari strategi masa depan untuk memastikan UMKM dapat tumbuh berkelanjutan dan kompetitif.

RA/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x