BRI Perkuat Produktivitas Petani Lewat Pembiayaan dan Pemberdayaan Digital
Sabtu, 4 Oktober 2025 | 13:00 WIB

LINK UMKM - Sektor pertanian terus menjadi salah satu pilar penting perekonomian Indonesia, dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 13,83 persen pada Triwulan II 2025, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Angka ini menempatkan pertanian sebagai sektor kedua terbesar setelah industri pengolahan, yang menyumbang 18,67 persen sepanjang enam bulan pertama tahun ini.
Bertepatan dengan peringatan Hari Tani Nasional pada 24 September, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menegaskan komitmennya untuk mendukung petani melalui berbagai inisiatif, mulai dari akses pembiayaan, pendampingan usaha, hingga pemberdayaan berbasis komunitas.
Direktur Micro BRI, Akhmad Purwakajaya, menyatakan bahwa momentum Hari Tani selaras dengan program swasembada pangan nasional menjadi peluang bagi BRI untuk memperkuat peranannya dalam mendorong produktivitas dan keberlanjutan sektor pertanian. Dukungan BRI diwujudkan melalui penyediaan pembiayaan, pengembangan layanan digital, serta kemitraan dengan berbagai pihak untuk memperkuat rantai pasok pertanian.
Dalam aspek pembiayaan, Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI mencatat sektor pertanian sebagai penerima manfaat terbesar. Hingga Agustus 2025, penyaluran KUR di sektor ini mencapai Rp50,95 triliun, atau setara 44,58 persen dari total KUR BRI sebesar Rp114,28 triliun. Skema KUR ini memungkinkan petani memperoleh modal usaha dengan proses mudah dan suku bunga terjangkau, sehingga mendukung produktivitas serta pengembangan usaha secara berkelanjutan.
Peningkatan kapasitas usaha juga dilakukan melalui program Klaster Usaha dalam inisiatif Klasterku Hidupku, yang menekankan pemberdayaan berbasis komunitas mikro. Program ini membentuk kelompok usaha berdasarkan kesamaan sektor, kondisi geografis, dan kedekatan sosial antar pelaku usaha di wilayah tertentu. Hingga saat ini, BRI telah membina 41.217 klaster usaha di seluruh Indonesia, dengan hampir setengahnya (47,63 persen) berasal dari sektor pertanian, disusul industri (30,02 persen) dan perdagangan (10,78 persen).
Selain pembiayaan dan klaster usaha, BRI memperluas akses layanan keuangan bagi petani melalui jaringan AgenBRILink yang tersebar hingga pelosok desa. Layanan ini memudahkan petani membuka rekening, menabung, dan melakukan transaksi keuangan lainnya. Para agen juga berperan dalam edukasi digital, mendorong petani untuk memanfaatkan BRImo dan QRIS, sehingga transaksi menjadi lebih efisien dan tercatat secara digital.
Pendekatan digital ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga menciptakan rekam jejak keuangan yang jelas bagi petani. Catatan transaksi yang terdokumentasi membantu pengelolaan usaha tani, memudahkan perencanaan modal, serta mendukung akses pembiayaan lanjutan.
Akhmad menekankan bahwa melalui kombinasi pembiayaan, pemberdayaan, dan digitalisasi, BRI menegaskan keberpihakannya pada petani dengan strategi menyeluruh. Harapannya, petani dapat tumbuh lebih produktif, inklusif, dan berkelanjutan. Langkah ini juga diharapkan memperkuat peran sektor pertanian sebagai penopang utama perekonomian nasional sekaligus mendukung pembangunan ekonomi berbasis komunitas.
Pendekatan holistik yang diterapkan BRI menunjukkan bahwa pemberdayaan petani tidak hanya bergantung pada akses modal, tetapi juga memerlukan pendampingan, pengembangan kapasitas, dan integrasi layanan digital untuk memperkuat produktivitas, transparansi, dan keberlanjutan usaha. Dengan demikian, sektor pertanian dapat terus berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan.
RA/NS



