Studi Komparatif UMKM Cashless vs Tunai: Mana Lebih Unggul untuk Bertahan dan Tumbuh?

Minggu, 21 September 2025 | 13:00 WIB

Studi Komparatif UMKM Cashless vs Tunai Mana Lebih Unggul untuk Bertahan dan Tumbuh

LINK UMKM - Pergeseran perilaku konsumen menuju pembayaran digital semakin nyata dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini membuat UMKM berada pada persimpangan, antara tetap bertahan dengan sistem tunai atau beradaptasi dengan transaksi cashless. Perbandingan keduanya menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam efisiensi, daya tarik konsumen, serta peluang bertumbuh.

Efisiensi Operasional dan Pencatatan Keuangan

UMKM yang menerapkan sistem cashless dinilai memiliki keunggulan dalam hal efisiensi operasional. Setiap transaksi tercatat otomatis sehingga memudahkan proses akuntansi, penghitungan omzet, hingga pengelolaan stok barang. Data digital juga membantu pelaku usaha memantau tren penjualan secara real time, yang kemudian bisa digunakan sebagai dasar strategi bisnis.

Sebaliknya, UMKM yang masih menggunakan sistem tunai sering menghadapi tantangan dalam pencatatan manual. Risiko selisih kas, kehilangan uang, hingga sulitnya menyusun laporan keuangan membuat usaha lebih rentan terhadap ketidakakuratan data. Hal ini berdampak pada pengambilan keputusan yang kurang berbasis fakta.

Daya Tarik Konsumen

Studi lapangan menunjukkan bahwa konsumen kini lebih memilih usaha yang menyediakan opsi pembayaran non-tunai. UMKM cashless cenderung lebih menarik bagi generasi muda dan pekerja urban yang terbiasa bertransaksi melalui dompet digital atau QR code. Ketersediaan opsi pembayaran modern juga meningkatkan loyalitas pelanggan karena dianggap praktis dan aman.

Sementara itu, UMKM berbasis tunai masih banyak diminati oleh kelompok masyarakat tertentu, terutama di daerah dengan literasi digital rendah atau keterbatasan akses jaringan. Namun, dalam jangka panjang, ketergantungan pada tunai dinilai berisiko karena konsumen semakin terbiasa dengan pola belanja digital.

Akses Permodalan dan Inklusi Keuangan

UMKM cashless lebih mudah mendapatkan akses pembiayaan karena memiliki rekam jejak transaksi yang jelas. Data digital menjadi bukti kredibilitas usaha, sehingga memperbesar peluang untuk memperoleh modal dari lembaga keuangan. Dengan demikian, cashless bukan hanya soal metode pembayaran, tetapi juga pintu masuk menuju ekosistem keuangan formal.

Sebaliknya, UMKM tunai sering kali kesulitan membuktikan performa bisnisnya. Minimnya pencatatan membuat mereka sulit memenuhi syarat administratif dalam mengajukan pembiayaan. Akibatnya, potensi pengembangan usaha menjadi terhambat.

Tantangan Implementasi

Meski keunggulannya cukup besar, adopsi cashless tidak lepas dari kendala. Biaya layanan transaksi, literasi digital yang belum merata, serta keterbatasan infrastruktur di wilayah tertentu masih menjadi hambatan utama. Oleh karena itu, UMKM perlu strategi adaptif agar tetap kompetitif, baik dengan memperluas kanal pembayaran digital maupun tetap menyediakan opsi tunai bagi segmen pasar tertentu.

Momentum Transformasi UMKM

Perbandingan ini memperlihatkan bahwa UMKM cashless cenderung lebih unggul dalam hal efisiensi, daya tarik konsumen, serta peluang akses modal. Namun, UMKM tunai masih relevan di pasar lokal dengan keterbatasan digitalisasi.

Pemerintah mendorong agar transformasi menuju cashless terus dilakukan secara bertahap, dengan tetap memperhatikan inklusivitas agar tidak meninggalkan pelaku usaha kecil yang belum siap. Studi komparatif ini menunjukkan bahwa semakin cepat UMKM beradaptasi dengan pembayaran non-tunai, semakin besar peluang mereka untuk bertahan dan tumbuh di era ekonomi digital.

RA/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x