Dampak Tarif Impor Global: Harga Kopi hingga Teh Melonjak, UMKM Perlu Waspada

Rabu, 20 Agustus 2025 | 13:00 WIB

Dampak Tarif Impor Global Harga Kopi hingga Teh Melonjak UMKM Perlu Waspada

LINK UMKM - Kebijakan tarif impor yang diberlakukan di Amerika Serikat belakangan ini memicu kenaikan signifikan pada sejumlah komoditas utama, terutama kopi, teh, dan rempah-rempah. Data resmi menunjukkan harga kopi meningkat lebih dari 14 persen secara tahunan pada Juli 2025, dengan rata-rata harga eceran mencapai 8,41 dollar AS per pon. Angka ini lebih tinggi dibandingkan kenaikan rata-rata harga pangan yang secara keseluruhan hanya naik 2,9 persen dibandingkan tahun lalu.

Situasi tersebut memperlihatkan betapa rentannya usaha kecil ketika menghadapi perubahan kebijakan perdagangan global. Beberapa pelaku usaha kuliner di AS dilaporkan mengalami lonjakan biaya bahan baku hingga 25 persen sejak awal tahun, sehingga mereka terpaksa menyesuaikan harga jual. Namun, kecepatan perubahan harga membuat sebagian usaha kesulitan melakukan penyesuaian menu secara konsisten.

Analisis juga menunjukkan bahwa hampir tiga perempat impor pangan di AS terdampak tarif baru. Produk-produk yang tidak tersedia di dalam negeri, seperti kopi, teh, air kelapa, hingga rempah-rempah tertentu, tidak memiliki alternatif lokal untuk menggantikan pasokan. Hal ini menempatkan usaha kecil dalam posisi sulit karena keterbatasan opsi sumber bahan baku.

Bagi UMKM di Indonesia, fenomena ini memberi dua catatan penting. Pertama, kenaikan harga global berpotensi membuka peluang bagi produsen kopi, teh, dan rempah lokal untuk mengisi pasar ekspor, terutama ketika produk Indonesia memiliki reputasi otentik. Kedua, risiko ketidakpastian rantai pasok juga bisa berdampak pada pasar domestik. Kenaikan harga impor bahan tambahan atau kemasan, misalnya, bisa ikut menekan biaya produksi UMKM di dalam negeri.

Di sisi lain, sejumlah produsen kecil yang mengandalkan bahan baku impor menilai bahwa tarif tinggi memaksa mereka memilih antara mempertahankan kualitas atau sekadar bertahan di pasar. Bagi merek kecil yang menekankan keaslian dan kualitas tinggi, margin usaha semakin tergerus. Situasi ini menjadi ilustrasi nyata bagaimana kebijakan global dapat menekan usaha kecil yang kapasitasnya terbatas dalam menyerap biaya tambahan.

Dampak lanjutan juga diperkirakan terjadi pada sektor ritel. Beberapa analis memperkirakan variasi produk di pasaran akan berkurang karena tidak semua barang bisa tersedia sepanjang tahun. Misalnya, buah impor seperti blueberry, pisang, dan kiwi mungkin tidak lagi ditemukan secara konsisten di rak swalayan. Pergeseran ini berpotensi mengubah pola konsumsi masyarakat.

Secara sistematis, dinamika tarif impor global ini menegaskan bahwa UMKM di manapun berada—termasuk Indonesia—perlu memiliki strategi mitigasi risiko. Diversifikasi sumber bahan baku, efisiensi rantai pasok, serta inovasi dalam pengemasan dan pemasaran menjadi langkah penting agar usaha tetap berdaya saing.

Fenomena tersebut juga menjadi peringatan bahwa pasar global tidak hanya membawa peluang, tetapi juga ancaman. UMKM Indonesia perlu memanfaatkan momentum dengan memperkuat kualitas dan konsistensi produk lokal, sekaligus menyiapkan diri menghadapi fluktuasi harga yang dipengaruhi kebijakan internasional.

RA/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x