BRI Dukung Ekspansi UMKM Sambal Pecel Pacitan ke Pasar Nasional
Minggu, 27 Juli 2025 | 08:00 WIB

LINK UMKM - Upaya transformasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor kuliner tradisional menunjukkan capaian signifikan dalam lima tahun terakhir. Salah satu kasus empiris yang menarik perhatian datang dari Pacitan, Jawa Timur, melalui merek sambal pecel Pelita Lumpang Mas yang kini berhasil menembus pasar nasional bahkan mulai menjajaki ekspor. Proses transformasi ini dinilai tidak terlepas dari keberhasilan inovasi internal serta dukungan ekosistem pemberdayaan yang dijalankan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI.
UMKM ini berakar dari usaha keluarga yang dirintis sejak awal 1990-an oleh Sri Suharto. Saat itu, seluruh proses produksi dilakukan secara manual dan pemasaran masih terbatas secara lokal. Tongkat estafet usaha kemudian berpindah ke Sri Kustamaji, generasi kedua yang secara sistematis melakukan modernisasi produk mulai dari kemasan, logo, hingga diversifikasi varian rasa.
Dalam catatan pelaporan bisnis terkini, Pelita Lumpang Mas telah mampu memproduksi hingga 20 ribu kemasan sambal pecel per bulan dengan harga rata-rata Rp45 ribu per unit. Peningkatan kapasitas ini tidak hanya mencerminkan perkembangan usaha, namun juga memperlihatkan strategi ekspansi yang menyasar dua fokus utama: efisiensi logistik melalui pembukaan kantor cabang di Jakarta, serta penguatan ekonomi lokal melalui pemberdayaan petani bahan baku dan tenaga kerja daerah.
Dari sisi inovasi produk, keunikan sambal pecel ini terletak pada penggunaan jeruk purut sebagai bahan utama, menggantikan kencur yang lebih umum dipakai di daerah lain. Pendekatan ini menghasilkan aroma segar dan warna yang lebih cerah. Teknologi pengolahan pun menjadi bagian penting dalam menjaga mutu; proses pemanggangan kacang tanah melalui oven menggantikan metode penggorengan, sehingga produk menjadi lebih sehat, rendah minyak, dan memiliki daya simpan hingga satu tahun tanpa bahan pengawet.
Sri Kustamaji menjelaskan bahwa proses pencampuran bumbu tetap dilakukan manual menggunakan lumpang – filosofi yang melekat pada nama merek usaha tersebut. Pendekatan semi-tradisional ini dipertahankan demi menjaga orisinalitas rasa dan karakter produk.
Sejak bergabung dengan program pemberdayaan UMKM yang dijalankan BRI pada tahun 2020, pelaku usaha ini mulai aktif mengikuti pelatihan dan kegiatan expo yang mempertemukan produsen dengan calon pembeli, termasuk dari mancanegara. Keikutsertaan dalam BRI UMKM EXPO(RT) 2025 bahkan menghasilkan capaian prestasi sebagai juara kedua, yang disusul dengan lonjakan permintaan produk secara signifikan.
Dalam pernyataan resmi, pihak BRI menyebut bahwa kasus seperti Pelita Lumpang Mas merupakan representasi dari dampak nyata program pemberdayaan yang menyasar UMKM potensial di seluruh Indonesia. Melalui pelatihan, pembiayaan, pendampingan, hingga akses pasar nasional dan global, BRI terus mendorong UMKM untuk naik kelas dan memperluas jangkauan usahanya.
Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi menegaskan bahwa komitmen institusi terhadap sektor UMKM bukan semata pada aspek pembiayaan, melainkan juga pada penciptaan nilai tambah yang berkelanjutan melalui digitalisasi dan inovasi pemasaran. Menurutnya, model pengembangan seperti yang dilakukan oleh Pelita Lumpang Mas harus direplikasi lebih luas agar UMKM Indonesia dapat bersaing di pasar global.
Kasus Pelita Lumpang Mas menjadi bukti konkret bahwa usaha berbasis produk tradisional pun dapat bertransformasi secara profesional dan bersaing secara nasional. Dengan sinergi antara inovasi internal, sentuhan teknologi, serta ekosistem pembinaan yang berkelanjutan, UMKM Indonesia memiliki peluang besar untuk memperluas kontribusinya terhadap perekonomian nasional.
***
ALP/NS



