Akses Pembiayaan Masih Rendah, UMKM Sumut Belum Siap Naik Kelas
Jumat, 25 Juli 2025 | 08:00 WIB

LINK UMKM - Meskipun jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan dari sisi kuantitas, sebagian besar dinilai masih belum berhasil naik kelas secara kapasitas maupun daya saing. Data terbaru menunjukkan bahwa hingga pertengahan 2025, hanya 7,7% UMKM di provinsi ini yang memiliki akses terhadap pembiayaan formal, sebuah indikator penting dalam mengukur kesiapan usaha untuk berkembang lebih jauh.
Pemerintah daerah mencatat bahwa dari sekitar 1,5 juta pelaku UMKM aktif, hanya sebagian kecil yang telah memanfaatkan teknologi atau memasuki ekosistem digital. Adopsi teknologi baru tercatat di angka 19%, sementara partisipasi UMKM dalam sistem digital bahkan lebih rendah lagi, hanya sekitar 3%. Tingkat partisipasi generasi muda dalam sektor kewirausahaan juga sangat minim, yakni hanya 0,08%, menandakan adanya celah besar dalam regenerasi pelaku usaha lokal.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa meskipun sektor UMKM telah lama disebut sebagai pilar utama ekonomi nasional, kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa upaya peningkatan daya saing masih menghadapi berbagai kendala struktural. Salah satu hambatan utama terletak pada rendahnya literasi keuangan di kalangan pelaku UMKM. Untuk dapat mengakses lembaga pembiayaan, pelaku usaha seringkali dihadapkan pada tuntutan administratif seperti penyusunan laporan keuangan dan neraca usaha yang belum mereka kuasai.
Pihak pemerintah daerah menggarisbawahi bahwa peningkatan kapasitas usaha tidak bisa bergantung pada satu aktor saja. Perlu sinergi multipihak, termasuk akademisi, sektor privat, dan elemen masyarakat sipil, agar transformasi UMKM dapat terjadi secara menyeluruh. Tanpa kolaborasi lintas sektor, pencapaian target UMKM naik kelas dikhawatirkan akan terus tertunda.
Sementara itu, capaian ekspor produk UMKM dari wilayah Sumatera Utara hingga Juni 2025 disebut telah mencapai Rp49,6 miliar. Namun pencapaian tersebut belum dianggap sebagai cerminan dari kemajuan menyeluruh, mengingat masih rendahnya persentase UMKM yang memperoleh akses pembiayaan dan teknologi. Pemerintah daerah menilai bahwa ekspor tersebut lebih banyak disumbang oleh pelaku usaha yang telah mapan dan memiliki struktur organisasi yang lebih kuat.
Dalam laporan yang dirilis tahun ini, tercatat bahwa pertumbuhan jumlah UMKM aktif di Sumatera Utara naik signifikan dari sekitar 1,1 juta unit pada 2022 menjadi 1,5 juta unit pada 2025. Namun, peningkatan angka tersebut dinilai belum cukup apabila tidak dibarengi dengan transformasi model bisnis dan peningkatan produktivitas.
Sebagai upaya untuk mendorong transformasi tersebut, pemerintah menggelar ajang tahunan Karya Kreatif Sumatera Utara (KKSU) 2025 pada pertengahan Juli lalu. Acara ini menghadirkan berbagai produk unggulan UMKM dalam pameran fisik dan digital, serta mengangkat diskusi seputar isu-isu strategis seperti wirausaha muda, keberlanjutan dalam fesyen, dan potensi kopi lokal. Pameran ini tidak hanya menampilkan produk seperti kriya, kuliner, dan wastra, tetapi juga menggelar kegiatan interaktif seperti fashion show, kompetisi desain, talkshow wirausaha muda, hingga demo pengolahan kopi secara profesional.
Meski begitu, capaian dari sisi pembiayaan, literasi digital, dan regenerasi wirausaha masih menjadi pekerjaan rumah yang membutuhkan penanganan komprehensif. Transformasi UMKM Sumut menuju skala usaha yang lebih besar dan berdaya saing tinggi, dinilai baru akan terwujud jika semua pihak bekerja dalam satu kerangka tujuan bersama.
***
ALP/NS



