Dari Ladang ke Pasar Digital: Strategi UMKM Bawang Merah Watuwungkuk Tembus 1 Ton per Hari
Selasa, 15 Juli 2025 | 11:00 WIB

LINK UMKM - Desa Watuwungkuk di Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, kini dikenal sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi berbasis komoditas lokal. Komoditas unggulan tersebut adalah bawang merah jenis Biru Lancor yang telah menjadi tumpuan hidup mayoritas warga desa, sekaligus penggerak utama roda ekonomi masyarakat setempat.
Sebagian besar penduduk desa, yang jumlahnya mencapai 90 persen, berprofesi sebagai petani bawang merah. Di tengah ekosistem pertanian tersebut, muncul pula pelaku usaha olahan bawang merah goreng yang turut memperluas rantai nilai komoditas ini.
Salah satu pelaku usaha adalah Listiyawati, yang memulai produksi bawang merah goreng secara mandiri tiga tahun lalu dengan volume awal sekitar 200–300 kilogram per hari. Seiring waktu, ia mengidentifikasi berbagai kendala dalam distribusi dan pemasaran yang menghambat pertumbuhan usaha rumahan miliknya.
Namun perubahan signifikan mulai dirasakan ketika kelompok tani di desa tersebut menerima pelatihan dan pendampingan dalam hal pengelolaan usaha dan pemasaran, khususnya secara digital. Hasilnya, strategi distribusi produk olahan seperti bawang merah goreng dengan merek BW Bintang mengalami peningkatan yang tajam. Volume produksi harian meningkat drastis hingga mencapai 900 kilogram sampai 1 ton.
Dampak ekonomi dari peningkatan kapasitas produksi ini cukup luas. Lebih dari 100 warga desa kini terlibat sebagai tenaga kerja dalam proses produksi. Setiap harinya, sekitar satu ton bawang merah mentah diproses melalui sistem kerja dua shift, masing-masing melibatkan enam orang dalam setiap giliran. Aktivitas harian mulai dari pengupasan, pencucian, pencincangan hingga penggorengan dilakukan menggunakan sembilan wajan besar.
Distribusi produk tidak hanya dilakukan di tingkat lokal, namun telah menjangkau wilayah luar Jawa seperti Kalimantan, Papua, dan Bali. Pemasaran juga telah mengandalkan platform daring, memperluas jangkauan usaha ke ranah digital.
Ketua kelompok tani yang memfasilitasi pengelolaan distribusi menyampaikan bahwa sistem yang dibangun bertujuan agar para petani bawang merah dapat fokus pada aktivitas budidaya yang memang memerlukan perhatian intensif. Upaya integrasi antara budidaya dan olahan ini menjadi strategi kolektif untuk meningkatkan efisiensi sekaligus kesejahteraan petani.
Kisah UMKM bawang merah Watuwungkuk menunjukkan bahwa kolaborasi komunitas, pendekatan teknologi, serta pemberdayaan perempuan memiliki potensi besar dalam mengembangkan ekonomi lokal. Terlebih dengan keberadaan komoditas yang kuat secara lokal dan memiliki potensi daya saing di pasar nasional, model ini dapat direplikasi oleh desa lain dengan karakteristik serupa.
Dengan pendekatan terstruktur dan berbasis bukti, pengolahan pascapanen dan pemasaran digital terbukti mampu menjadi penghela pertumbuhan ekonomi desa. Transformasi dari usaha mikro skala rumah tangga menjadi produsen dengan kapasitas industri ringan ini menjadi bukti bahwa UMKM desa dapat tumbuh besar dengan strategi yang tepat.
***
ALP/NS



