UMKM Kuliner Diperkuat dengan Pelatihan Manajemen Risiko
Rabu, 9 Juli 2025 | 09:00 WIB

LINK UMKM - Peningkatan resiliensi bisnis di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya di bidang kuliner, menjadi perhatian utama dalam menghadapi tantangan pasar yang semakin kompleks. Sejalan dengan pendekatan manajemen modern berbasis risiko (risk-based management), sejumlah pelaku UMKM food court telah mendapatkan pembekalan strategis melalui kegiatan sosialisasi yang difokuskan pada manajemen risiko dan identifikasi risiko usaha.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya sistematis untuk meningkatkan kapasitas adaptif UMKM terhadap berbagai jenis gangguan usaha. Berdasarkan teori Enterprise Risk Management (ERM), dikenal bahwa setiap entitas bisnis, baik skala besar maupun mikro, menghadapi ketidakpastian operasional yang dapat mengganggu keberlangsungan usaha apabila tidak dikelola secara tepat.
Fokus pada Risiko Riil Usaha Kuliner
Dalam sesi sosialisasi yang berlangsung pada pertengahan Juni, pelaku UMKM dikenalkan pada bentuk-bentuk risiko yang paling umum terjadi dalam bisnis food court. Beberapa di antaranya meliputi keterlambatan pasokan bahan baku, volatilitas harga komoditas, standar kebersihan yang tidak konsisten, hingga ketergantungan terhadap trafik pengunjung yang bersifat fluktuatif.
Metodologi pelatihan dirancang untuk mendorong partisipasi aktif pelaku usaha dalam mengenali titik-titik kerentanan bisnis mereka sendiri. Pendekatan yang digunakan mengadopsi prinsip risk identification dan risk prioritization, di mana peserta diminta untuk menganalisis kemungkinan dan dampak dari setiap jenis risiko yang mereka hadapi.
Dari proses tersebut, diperoleh pemahaman mendalam bahwa risiko tidak selalu harus dihindari, namun dapat dimitigasi melalui strategi pengendalian yang tepat. Konsep ini selaras dengan pendekatan risk treatment, yaitu penanganan risiko secara proporsional, bukan hanya berdasarkan intuisi tetapi juga data dan pengukuran.
Implikasi terhadap Daya Saing dan Keberlanjutan
Pemahaman tentang risiko menjadi komponen esensial dalam membangun ketahanan usaha jangka panjang. Secara teoritis, bisnis yang memiliki sistem pengelolaan risiko yang baik akan lebih siap menghadapi perubahan pasar dan tekanan eksternal, serta mampu mempertahankan nilai tambah di tengah dinamika industri kuliner yang sangat kompetitif.
Dalam konteks UMKM, penerapan manajemen risiko berfungsi sebagai alat navigasi untuk menghindari jebakan keputusan reaktif. Hal ini penting karena sebagian besar UMKM di Indonesia masih mengandalkan sistem pengambilan keputusan yang bersifat informal dan berbasis pengalaman pribadi.
Pelatihan yang diberikan secara praktis ini menjadi langkah awal dalam membentuk budaya kesadaran risiko (risk awareness culture) di kalangan pelaku UMKM. Jika dilanjutkan secara konsisten, pelaku usaha berpotensi mengembangkan sistem manajemen internal yang lebih responsif terhadap ancaman maupun peluang.
Antusiasme Peserta dan Harapan Keberlanjutan Program
Respon dari para peserta menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelatihan teknis seperti ini masih sangat tinggi. Banyak pelaku usaha menyatakan bahwa mereka baru pertama kali mendapatkan pemahaman yang terstruktur mengenai risiko usaha, terutama dari sisi identifikasi, pengukuran, dan mitigasi.
Selain sebagai sarana transfer ilmu, kegiatan ini juga dinilai sebagai forum reflektif bagi para pelaku UMKM untuk meninjau ulang strategi bisnis mereka. Beberapa peserta mengusulkan agar pelatihan serupa dijadikan agenda rutin, dengan cakupan topik yang lebih luas, termasuk digitalisasi sistem pengendalian risiko dan adaptasi terhadap perubahan regulasi.
Pendidikan Risiko sebagai Instrumen Ketahanan UMKM
Kegiatan sosialisasi ini menegaskan pentingnya pendidikan risiko dalam membentuk UMKM yang tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga tumbuh secara berkelanjutan. Dengan meningkatnya ketidakpastian global dan lokal, UMKM Indonesia perlu memposisikan manajemen risiko sebagai bagian integral dari sistem operasional mereka.
Jika diperluas cakupannya dan dilaksanakan secara kolaboratif dengan pemerintah, pelatihan semacam ini dapat menjadi instrumen strategis dalam menciptakan ekosistem usaha kecil yang lebih tahan terhadap guncangan ekonomi dan sosial, sekaligus memperkuat daya saing UMKM di tingkat lokal maupun nasional.
***
ALP/NS



