Inovasi Bibit Bawang Merah UMKM Probolinggo Jaga Inflasi dan Perkuat Ketahanan Pangan
Selasa, 8 Juli 2025 | 10:00 WIB

LINK UMKM - Kabupaten Probolinggo, yang terletak di wilayah strategis Tapal Kuda Jawa Timur, kini semakin dikenal berkat kontribusinya dalam menjaga stabilitas pasokan pangan melalui budidaya komoditas unggulan bawang merah. Di balik pencapaian tersebut, hadir inovasi lokal berupa varietas bibit bawang merah unggul bernama Biru Lancor, yang diproduksi oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sektor pertanian.
Salah satu aktor utama dalam budidaya varietas ini adalah Kelompok Tani Harapan Jaya 1, sebuah UMKM yang telah berdiri sejak tahun 1980 dan berbasis di Desa Watuwungkuk, Kecamatan Dringu. UMKM ini dikenal sebagai penyedia bibit bawang merah Biru Lancor dalam skala besar, yang didistribusikan secara luas baik di wilayah Probolinggo maupun ke luar Pulau Jawa, termasuk Kalimantan dan Papua.
Berdasarkan pengakuan internal kelompok, permintaan terhadap bibit Biru Lancor terus meningkat setiap musim tanam. Distribusi yang meluas ini tidak hanya menjadi indikator keberhasilan UMKM dalam membangun jejaring pasar, namun juga memperlihatkan nilai kompetitif produk lokal yang telah terbukti adaptif terhadap beragam kondisi geografis.
Secara morfologis, bibit Biru Lancor memiliki ciri khas berupa warna kehitaman yang diperoleh dari proses pengasapan daun bawang kering secara intensif. Praktik lokal ini, meski tradisional, memberikan efek fisiologis yang signifikan terhadap ketahanan bibit terhadap penyakit. Dalam perspektif agronomi, metode ini mencerminkan pendekatan indigenous knowledge system yang adaptif terhadap tantangan lingkungan, sekaligus menunjukkan efisiensi teknologi tepat guna berbasis kearifan lokal.
Faktor kualitas bibit menjadi pertimbangan utama bagi para petani dalam memilih sumber benih. Hal ini diungkapkan oleh salah satu petani lokal dari desa sekitar yang mengakui bahwa bibit dari Poktan Harapan Jaya 1 telah tersertifikasi sejak tahun 2015, menjadikannya pilihan utama karena menjamin mutu dan keamanan produksi.
Sertifikasi benih yang diberikan oleh lembaga pemerintah relevan memperlihatkan bahwa praktik budidaya UMKM ini telah memenuhi standar nasional dalam pengembangan pertanian hortikultura. Teori quality assurance dalam rantai pasok pertanian menekankan pentingnya sertifikasi sebagai instrumen untuk membangun kepercayaan pasar dan meningkatkan daya saing produk agribisnis lokal.
Dengan masa tanam bawang merah yang rata-rata berlangsung selama 60 hari, petani Probolinggo memulai siklus produksi dari bibit bermutu tinggi hingga panen yang bernilai ekonomi signifikan. Data resmi dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Probolinggo menunjukkan bahwa komoditas ini mencatatkan volume perdagangan mencapai 120 ton per hari dengan nilai transaksi yang menembus Rp2 miliar di Pasar Bawang Dringu.
Secara sistematis, kegiatan budidaya bawang merah berbasis UMKM ini tidak hanya menopang perekonomian lokal, tetapi juga berperan sebagai instrumen penting dalam pengendalian inflasi wilayah. Mengacu pada teori cost-push inflation, kestabilan harga bahan pangan pokok seperti bawang merah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan di tingkat produsen. Oleh karena itu, keberlanjutan budidaya bibit unggul seperti Biru Lancor menjadi kunci dalam menjaga ketahanan pangan daerah.
Kehadiran varietas Biru Lancor sebagai hasil inovasi lokal membuktikan bahwa UMKM pertanian memiliki kontribusi konkret dalam membangun sistem pangan yang tangguh dan adaptif terhadap dinamika pasar. Dalam kerangka makro, peran ini turut mendukung agenda pembangunan ekonomi daerah dan nasional menuju ketahanan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
***
ALP/NS



