Digitalisasi dan Pendampingan Pemerintah Dorong UMKM Naik Kelas di Indonesia
Jumat, 4 Juli 2025 | 08:00 WIB

LINK UMKM - Aktivitas produksi UMKM di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus menunjukkan kemajuan signifikan, terutama melalui penerapan digitalisasi dan pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah. Salah satu contoh nyata terjadi di Dusun Kardangan, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, di mana Koperasi Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi (PPHPM) menjadi pusat inovasi pasar lelang komoditas cabai dan sayuran secara digital.
Koperasi PPHPM yang berdiri sejak 2013 awalnya berfokus pada pendampingan budi daya hortikultura. Meskipun hasil produksi meningkat, para petani masih menghadapi masalah klasik berupa harga yang tidak stabil dan posisi tawar yang rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut, pada 2017 koperasi ini membentuk pasar lelang manual dengan sistem penawaran tertutup yang berhasil memberikan harga yang lebih adil dan transparan.
Tonggak penting berikutnya datang pada tahun 2020 ketika pemerintah memberikan dukungan dalam meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi. Melalui pendampingan, koperasi ini berhasil bertransformasi menjadi perkumpulan berbadan hukum yang memudahkan akses bantuan dan mendukung kemandirian koperasi.
Lebih lanjut, pemerintah juga membantu digitalisasi sistem lelang yang sebelumnya dilakukan secara manual maupun melalui WhatsApp. Dengan hadirnya aplikasi diPanen.id, seluruh proses lelang, mulai dari pengumpulan data komoditas cabai, input harga penawaran oleh pedagang, hingga penutupan lelang, dapat dilakukan secara terpusat dan transparan. Aplikasi ini tidak hanya mempermudah operasional, tetapi juga menjadi alat pengendalian inflasi dan acuan harga cabai di Kabupaten Sleman.
Dampak digitalisasi ini sangat dirasakan para petani yang kini tidak perlu khawatir terhadap ketidakpastian harga maupun praktik tengkulak yang menekan harga terlalu rendah. Inovasi tersebut membuat koperasi PPHPM dipercaya sebagai koordinator pasokan cabai nasional, termasuk dalam program stabilisasi harga di wilayah Jabodetabek.
Selain sektor pangan, dukungan pemerintah juga merambah industri kreatif, seperti yang dialami oleh UMKM kerajinan Indo Risakti asal Bantul, Yogyakarta. Perusahaan yang mengolah bahan alami menjadi produk kerajinan etnik ini telah menembus pasar internasional dengan 99 persen penjualan ke luar negeri. Sejak menjadi mitra binaan pemerintah pada 2018, Indo Risakti menerima berbagai bentuk pendampingan, termasuk pelatihan, kurasi produk, fasilitasi pameran, pembuatan video profil, business matching, hingga akses pembiayaan.
Akibat pendampingan yang berkelanjutan, kapasitas ekspor Indo Risakti meningkat drastis dari hanya satu hingga dua kontainer per bulan menjadi hingga lima kontainer per bulan, bahkan sempat mencapai 10 kontainer saat pandemi. Nilai ekspor per kontainer berkisar antara 16.000 hingga 20.000 dolar Amerika Serikat.
Pendampingan tersebut merupakan bagian dari program pemerintah untuk mendorong UMKM berorientasi ekspor melalui kurasi ketat, fasilitasi pembuatan profil perusahaan dan katalog elektronik, serta membuka peluang business matching dan partisipasi dalam pameran nasional dan internasional.
Dengan upaya digitalisasi dan pendampingan ini, pemerintah berkomitmen memperkuat UMKM Indonesia agar dapat naik kelas, meningkatkan daya saing, dan memperluas akses pasar, baik di dalam maupun luar negeri.
***
ALP/NS



