Inovasi Pertanian Jadi Peluang Bisnis Menjanjikan, UMKM Didorong Naik Kelas Lewat Teknologi dan Kemitraan

Kamis, 26 Juni 2025 | 11:00 WIB

Ilustrasi - usaha dibidang pertanian.

LINK UMKM - Di tengah tantangan ekonomi global dan dinamika iklim yang semakin sulit diprediksi, sektor pertanian di Indonesia terus menunjukkan potensi pertumbuhan yang kuat. Pemerintah menilai bahwa sektor ini bukan hanya tulang punggung ketahanan pangan nasional, melainkan juga menyimpan peluang besar bagi pelaku UMKM untuk naik kelas—terutama melalui pendekatan inovatif dan berbasis teknologi.

Pasca pandemi, sektor pertanian terbukti lebih tahan terhadap guncangan ekonomi dibanding sektor lain. Meskipun begitu, sejumlah pekerjaan rumah masih perlu diselesaikan, mulai dari lemahnya sistem pembibitan, rendahnya literasi teknologi petani, hingga minimnya nilai tambah pasca-panen.

Kesenjangan Kualitas Produk Pertanian Perlu Dibenahi

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kualitas komoditas seperti kentang dan bawang putih masih belum sepenuhnya kompetitif. Beberapa pelaku usaha mencatat bahwa petani kentang di berbagai daerah belum banyak menerapkan standar budidaya dan penanganan pasca-panen yang sesuai. Kentang yang ditanam dengan metode yang tepat sebenarnya bisa disimpan hingga dua bulan, asalkan proses panen dan penyimpanan mengikuti standar yang telah ditentukan.

Sementara itu, pada komoditas bawang putih, pelaku UMKM masih mengandalkan bahan baku impor karena kualitas dan ukuran produk lokal dinilai belum ideal untuk proses produksi, khususnya untuk produk turunan seperti black garlic. Hal ini menjadi tantangan yang harus dijawab melalui penguatan bibit unggul dalam skala nasional.

UMKM Punya Peran Strategis dalam Transformasi Pertanian

Pemerintah menilai bahwa UMKM bisa berperan besar dalam memperbaiki rantai pasok pertanian, dengan cara membangun model kemitraan yang kuat antara petani, pelaku usaha, dan investor. Beberapa pelaku UMKM sudah mulai menerapkan pola kemitraan produktif, di mana petani mengelola lahan sesuai standar yang ditetapkan oleh UMKM, sementara dukungan modal dan pemasaran difasilitasi oleh pihak usaha.

Inovasi dalam pembibitan komoditas juga terus didorong, mengingat ketergantungan Indonesia terhadap produk pertanian impor masih cukup tinggi. Data terakhir menunjukkan bahwa ketahanan pangan nasional belum sepenuhnya stabil, dan salah satu penyebab utamanya adalah belum optimalnya sistem pembibitan dan riset varietas lokal.

Risiko Gagal Panen dan Teknologi sebagai Solusi

Risiko gagal panen akibat perubahan iklim menjadi tantangan klasik dalam dunia pertanian. Namun, semakin banyak pelaku UMKM yang mulai memanfaatkan teknologi mitigasi risiko berbasis data cuaca dan kalender tanam digital. Beberapa di antaranya bahkan telah menggunakan drone dan sensor tanah untuk menentukan waktu tanam dan pola irigasi yang efisien.

Pemerintah menyebutkan bahwa edukasi terhadap petani mengenai sistem tanam yang adaptif dan penanganan pasca-panen yang efisien bisa menjadi kunci dalam meningkatkan nilai jual hasil pertanian. Selain itu, teknologi digital juga membuka peluang untuk pemasaran yang lebih kreatif, seperti menekankan narasi sosial dari produk pertanian lokal—yang dinilai dapat meningkatkan minat beli masyarakat urban.

Penguatan Pasca Panen Jadi Kunci Kesejahteraan Petani

Salah satu kelemahan struktural di sektor pertanian adalah lemahnya penanganan pasca panen. Pemerintah menyoroti bahwa petani cenderung menjual hasil panennya dalam bentuk mentah segera setelah panen, tanpa melalui proses pengolahan yang dapat menambah nilai jual. Contoh nyata terjadi pada komoditas cokelat, di mana hasil fermentasi minimal dua minggu dapat meningkatkan harga hingga 20 persen dibandingkan kakao mentah.

Petani yang mampu memahami rantai pasok dari hulu ke hilir akan memiliki posisi tawar lebih tinggi dalam pasar. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong pelatihan terpadu agar petani dan UMKM mampu mengelola produksi secara lebih efisien dan terintegrasi.

Menuju Swasembada dan Kedaulatan Pangan Lewat Peran Generasi Muda

Pemerintah juga menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam mendorong modernisasi sektor pertanian. Melalui pendekatan berbasis inovasi, kolaborasi lintas sektor, dan pemanfaatan teknologi, pertanian tidak hanya bisa menjadi lebih produktif, tetapi juga menjadi lahan bisnis yang menarik bagi talenta muda.

Dengan komoditas seperti kentang, bawang putih, kedelai, dan cokelat yang masih banyak diimpor, peluang swasembada pangan terbuka lebar jika ditunjang dengan dukungan ekosistem UMKM yang kuat. Pemerintah pun terus membangun infrastruktur digital dan sistem pembinaan agar UMKM pertanian mampu naik kelas dan menjadi motor ekonomi berbasis kerakyatan.

***

ALP/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x