Ketimpangan Infrastruktur hingga Krisis Talenta Digital Hambat Laju Inovasi

Rabu, 18 Juni 2025 | 09:00 WIB

General Manager and Technology Leader IBM Asean, Catherine Lian saat paparan studi IBM terbaru di Jakarta.

LINK UMKM - Meskipun pelaku usaha di Indonesia menunjukkan antusiasme tinggi terhadap adopsi kecerdasan buatan (AI), perjalanan menuju transformasi digital penuh masih dihadapkan pada serangkaian tantangan mendasar. Temuan dari studi IBM bertajuk Unlocking Indonesia’s Economic Potential for Future Prosperity mengungkap sejumlah hambatan besar yang harus diatasi guna memastikan pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan.

Studi tersebut melibatkan lebih dari 500 pemimpin bisnis dari berbagai sektor industri nasional, dan memperlihatkan bahwa 77 persen responden memandang AI sebagai kunci utama dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Namun, meskipun optimisme tinggi mengemuka, kesenjangan infrastruktur, keamanan data, dan kekurangan talenta digital masih menjadi rintangan serius.

Menurut laporan tersebut, sebanyak 84 persen responden menyebut keterbatasan infrastruktur teknologi informasi sebagai tantangan utama. Selain itu, isu keamanan siber menjadi perhatian 55 persen pelaku usaha, sementara 45 persen lainnya menyoroti kekurangan tenaga kerja dengan keahlian digital yang memadai.

Kondisi ini menunjukkan bahwa kesiapan adopsi teknologi belum sepenuhnya merata. Terutama bagi sektor usaha mikro dan kecil (UMK), yang selama ini menjadi pilar ekonomi nasional dengan kontribusi lebih dari 60 persen terhadap PDB dan penyerapan 97 persen tenaga kerja. Studi IBM menemukan bahwa hanya 63 persen UMK yang memiliki strategi adopsi AI yang jelas, jauh tertinggal dibandingkan usaha menengah (80 persen) dan besar (71 persen).

Kesenjangan tersebut menunjukkan pentingnya arah kebijakan yang lebih fokus dalam mendukung transformasi digital UMK, yang jumlahnya mencapai sekitar 64 juta unit di seluruh Indonesia. Perluasan akses terhadap teknologi dan peningkatan literasi digital dianggap sebagai langkah penting untuk mendorong sektor ini agar lebih kompetitif di era ekonomi digital.

Studi ini juga menyoroti kondisi badan usaha milik negara (BUMN), yang meskipun memiliki peran strategis dalam membangun infrastruktur nasional, masih menghadapi tantangan serius dalam mengimplementasikan transformasi digital. Sebanyak 59 persen BUMN mengakui keterbatasan tenaga kerja terampil sebagai hambatan utama, disusul oleh kenaikan biaya operasional (55 persen) dan ancaman keamanan data (49 persen).

Sementara itu, mayoritas responden menyambut baik inisiatif pemerintah dalam meningkatkan produktivitas digital. Namun, 97 persen pelaku usaha menyerukan pentingnya kolaborasi yang lebih erat antara sektor publik dan swasta, terutama dalam pengembangan AI dan pelatihan digital.

Para pemimpin bisnis juga menyoroti kualitas kepemimpinan sebagai faktor penting dalam mendorong inovasi. Sikap adaptif, kemampuan berkolaborasi, serta fokus tinggi pada pemanfaatan teknologi disebut sebagai karakteristik penting dalam menghadapi tantangan digital saat ini.

IBM menyimpulkan bahwa kesuksesan transformasi digital di Indonesia akan bergantung pada enam hal utama:

  1. Dukungan penuh terhadap digitalisasi dan teknologi ramah lingkungan.
  2. Pembangunan infrastruktur digital yang merata.
  3. Kolaborasi lintas sektor untuk penerapan AI yang etis.
  4. Penutupan kesenjangan talenta digital melalui pelatihan berkelanjutan.
  5. Penciptaan lingkungan yang mendukung inovasi.
  6. Pemberdayaan UMK secara sistematis dalam ekosistem digital.

Membangun fondasi digital yang inklusif dan aman, menurut studi ini, bukan hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan utama dalam lanskap teknologi global di masa mendatang.

***

ALP/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x