Kebijakan Pembatasan Kantong Plastik Dorong Kebangkitan UMKM Kerajinan Bambu di Banyuwangi

Rabu, 4 Juni 2025 | 10:00 WIB

Warga Papring Saat menganyam bambu.

LINK UMKM - Kebijakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang membatasi penggunaan kantong plastik sekali pakai mulai menunjukkan dampak positif terhadap geliat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal. Salah satu sektor yang merasakan manfaat langsung adalah industri kerajinan bambu, khususnya di Lingkungan Papring, Desa Kalipuro.

Diketahui, kawasan tersebut sejak lama dikenal sebagai sentra kerajinan bambu. Namun, industri ini sempat meredup seiring meningkatnya dominasi produk plastik di pasar. Kini, dengan adanya kebijakan pembatasan plastik, minat terhadap produk-produk alternatif berbahan bambu kembali meningkat.

Permintaan terhadap besek—wadah anyaman bambu yang kerap digunakan untuk membungkus makanan atau daging kurban—mengalami lonjakan signifikan, terutama menjelang perayaan Idul Adha. Tokoh masyarakat setempat menyampaikan bahwa warga di Papring kini mampu memproduksi antara 5.000 hingga 7.000 besek dalam sebulan.

Peningkatan permintaan tersebut turut mempengaruhi harga jual. Jika sebelumnya harga besek cenderung seragam, kini variasi ukuran turut menentukan nilai jual yang berkisar antara Rp2.500 hingga Rp3.000 per buah.

Salah satu perajin setempat menyebutkan bahwa dalam sehari dirinya mampu menyelesaikan pembuatan hingga 50 besek, dan seluruh produknya langsung terserap pasar. Kondisi ini disebut sangat membantu perekonomian keluarga, apalagi dengan margin keuntungan yang lebih tinggi untuk ukuran besar.

Lingkungan Papring sendiri memiliki sejarah panjang dalam industri kerajinan bambu. Nama “Papring” berasal dari akronim “panggonane pring” yang berarti tempat tumbuhnya bambu. Pada era 1960-an hingga 1990-an, mayoritas warga menggantungkan hidup sebagai perajin. Namun, sejak awal 2000-an, industri ini menurun tajam karena menurunnya permintaan dan masuknya produk plastik murah.

Kini, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap produk ramah lingkungan, tren penggunaan produk bambu kembali mencuat. Warga Papring pun mulai kembali menghidupkan tradisi lama mereka.

Data dari lapangan menunjukkan bahwa hampir seluruh keluarga di kawasan tersebut, yang berjumlah sekitar 80 kepala keluarga, kembali aktif memproduksi aneka kerajinan bambu. Produk yang dihasilkan tak hanya terbatas pada besek, tapi juga tas bambu, gedek (dinding anyaman bambu), capil (topi tradisional), dan sekitar 20 jenis produk lainnya.

Kondisi ini menjadi bukti bahwa kebijakan ramah lingkungan tidak hanya berdampak pada pelestarian alam, namun juga mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi lokal berbasis kearifan tradisional. Banyuwangi pun kini mulai menuai hasil dari langkah strategis dalam pengurangan limbah plastik, sekaligus membangkitkan UMKM yang sempat tertidur.

***

ALP/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x