Indeks Bisnis UMKM BRI Tumbuh Positif di Kuartal I 2025, Lebaran Jadi Katalis Utama Dorong Permintaan Produk UMKM

Selasa, 3 Juni 2025 | 11:00 WIB

Ilustrasi - UMKM di Indonesia.

LINK UMKM - PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) melaporkan tren positif pada Indeks Bisnis UMKM di triwulan pertama 2025. Indeks tersebut meningkat ke level 104,3, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 102,1, maupun periode yang sama tahun lalu yang mencapai 102,9. Kenaikan ini menunjukkan optimisme dan pertumbuhan yang berkelanjutan di sektor UMKM.

Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, menyampaikan bahwa momen Ramadan dan Idulfitri menjadi katalis utama yang memicu lonjakan permintaan terhadap berbagai produk UMKM. Peningkatan daya beli masyarakat melalui pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan bantuan sosial turut menyokong pertumbuhan konsumsi produk UMKM, terutama produk pertanian, industri pengolahan, jasa angkutan, dan sektor jasa lainnya.

Selain faktor musiman, panen raya tanaman pangan di sejumlah sentra produksi memberikan dorongan tambahan bagi sektor pertanian yang mencatat ekspansi signifikan. Harga jual produk pertanian yang menarik dan kemudahan akses bahan input seperti pupuk dan obat-obatan juga menjadi faktor pendorong utama peningkatan produksi.

Dari komponen penyusun indeks bisnis UMKM, hampir semua mengalami peningkatan dan berada di atas angka 100, kecuali volume produksi yang sedikit di bawah angka tersebut (99,2). Kenaikan tertinggi tercatat pada rata-rata harga jual sebesar 116,0, akibat lonjakan harga menjelang Ramadan dan Idulfitri. Lonjakan harga ini berkontribusi positif terhadap omzet usaha yang meningkat dengan indeks 101,4, naik 3 poin dari kuartal sebelumnya.

Kenaikan volume produksi juga menyebabkan peningkatan penggunaan tenaga kerja dan penambahan persediaan barang jadi untuk mengantisipasi lonjakan permintaan. Sedangkan investasi UMKM mengalami pertumbuhan yang tetap, meski cenderung datar dibandingkan kuartal sebelumnya.

Secara sektoral, sebagian besar sektor UMKM mencatat ekspansi, khususnya pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan. Namun, sektor pertambangan, konstruksi, serta hotel dan restoran masih mengalami kontraksi. Faktor cuaca yang tidak kondusif dan lesunya permintaan proyek pemerintah serta swasta menjadi penyebab utama kontraksi sektor pertambangan dan konstruksi. Sedangkan sektor hotel dan restoran terdampak oleh waktu operasional yang terbatas selama Ramadan.

Sektor pengangkutan mengalami pertumbuhan moderat yang didorong oleh kebutuhan jasa transportasi untuk mudik selama hari raya. Sementara itu, sektor jasa mengalami perlambatan akibat menurunnya permintaan selama puasa.

Meski kinerja UMKM membaik, Hendy menyoroti bahwa pelaku usaha masih menghadapi sejumlah kendala, termasuk daya beli yang belum pulih sepenuhnya, kenaikan harga barang input di sektor industri pengolahan dan konstruksi, serta ketatnya persaingan di sektor perdagangan dan transportasi. Hal ini tercermin dalam Indeks Ekspektasi Bisnis yang diperkirakan akan tumbuh lebih moderat pada kuartal kedua 2025, turun menjadi 119,2 dari 120,4, namun tetap berada di atas angka 100 yang menandakan ekspektasi positif.

Survei BRI Research Institute yang dilakukan pada 25 Maret hingga 13 April 2025 melibatkan 7.060 responden pelaku UMKM dari berbagai sektor di 33 provinsi. Survei ini menggunakan metode stratified systematic random sampling untuk memastikan representasi yang akurat dari berbagai sektor, wilayah, dan skala usaha.

Survei tersebut juga mengukur Indeks Sentimen Bisnis (ISB) UMKM yang berada pada level 114,1 dan Indeks Situasi Sekarang (ISS) yang meningkat menjadi 93,7. Meski Indeks Ekspektasi melemah, pelaku UMKM tetap optimistis dengan penilaian tinggi terhadap kemampuan pemerintah dalam menciptakan rasa aman dan menyediakan infrastruktur yang memadai, tercermin dalam Indeks Kepercayaan Pelaku (IKP) yang tetap kuat di level 125,9.

Hendy menambahkan bahwa pelaku UMKM memberikan penilaian tertinggi terhadap kemampuan pemerintah dalam menciptakan rasa aman (indeks 144,4) dan merawat infrastruktur (indeks 137,1). Namun, penilaian terhadap stabilisasi harga barang dan jasa masih menjadi perhatian utama dengan indeks 111,5, yang menunjukkan bahwa naiknya harga barang input masih berpotensi menekan keuntungan pelaku usaha.

Survei ini tidak hanya menjadi alat monitoring kinerja UMKM, tetapi juga berfungsi sebagai Early Warning System (EWS) yang membantu memetakan risiko keberlangsungan usaha di tengah dinamika pasar dan perekonomian.

***

ALP/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x