Dari Ubi Cilembu ke Pasar Ekspor, Perempuan Desa Ini Bangun Kemandirian Lewat KWT

Kamis, 15 Mei 2025 | 12:00 WIB

Hayanah, 59 tahun, ibu rumah tangga asal Desa Sembawa, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, berhasil membangun usaha olahan ubi jalar yang kini memberdayakan lebih dari 100 perempuan desa.

LINK UMKM -  Di lereng Gunung Ciremai, tepatnya di Desa Sembawa, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, semangat pemberdayaan perempuan tumbuh dalam wujud nyata. Kelompok Wanita Tani (KWT) Sri Mandiri yang dirintis sejak 2009 berhasil membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Kelompok ini dipimpin oleh Hayanah, seorang perempuan tangguh yang memulai kembali hidupnya di kampung halaman usai terdampak krisis ekonomi 1998. Keputusannya kembali ke desa justru membuka peluang baru. Ia memulai usaha olahan berbahan dasar ubi jalar, komoditas lokal yang banyak tersedia di wilayahnya.

Berbekal pengalaman dari berbagai program pemberdayaan masyarakat desa, Hayanah menggerakkan sekitar 20 ibu rumah tangga untuk bergabung. Dengan iuran bulanan dan modal yang sangat terbatas, mereka memulai produksi skala kecil. Meski tak lepas dari kegagalan, kelompok ini terus bertahan dan perlahan berkembang.

Titik balik usaha ini terjadi saat mereka memperoleh akses pembiayaan usaha mikro dari pemerintah. Dana yang diterima dimanfaatkan untuk membeli mesin produksi, membangun fasilitas usaha, dan meningkatkan kapasitas produksi. Bantuan peralatan usaha yang diperoleh di tahun-tahun berikutnya makin memperkuat fondasi kelompok tersebut.

Kini, produk olahan dari KWT Sri Mandiri, yang sebagian besar berbahan dasar ubi jalar, telah dipasarkan di lebih dari 1.400 gerai ritel di wilayah Cirebon hingga Brebes. Tak hanya itu, produk mereka juga telah menyasar pasar oleh-oleh dan mulai diekspor ke Malaysia serta Korea.

Lebih dari sekadar pencapaian ekonomi, KWT Sri Mandiri telah menciptakan perubahan sosial. Perempuan-perempuan desa yang sebelumnya bergantung pada penghasilan suami kini berdaya secara ekonomi. Mereka bukan hanya menghasilkan, tetapi juga belajar, berorganisasi, dan tumbuh bersama dalam semangat gotong royong.

Menurut Hayanah, kekuatan perempuan terletak pada kemauan untuk belajar dan tidak menyerah. Ia mendorong perempuan lain untuk tidak takut memulai usaha, karena menurutnya, niat yang baik akan menemukan jalannya.

Keberhasilan KWT Sri Mandiri menjadi cermin bagaimana kolaborasi, pendampingan, dan semangat komunitas dapat membawa perubahan nyata di tingkat akar rumput. Pemerintah terus mendorong inisiatif serupa melalui pelatihan usaha, pemberdayaan komunitas, dan akses pembiayaan yang inklusif agar UMKM desa dapat menjadi motor penggerak ekonomi daerah.

***

ALP/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x