Jimbe Bali Danu Sentana Menembus Pasar Global, Dari Kerajinan Lokal ke Mancanegara

Selasa, 1 April 2025 | 11:00 WIB

Jimbe yang diproduksi oleh CV Bali Danu Sentana, Denpasar, Februari 2025. Alat musik tabuh itu diekspor ke mancanegara.

LINK UMKM -  Sejak tujuh tahun terakhir, Samsul Hadi telah bergabung dengan CV Bali Danu Sentana di Denpasar sebagai perajin jimbe, alat musik tabuh khas yang kini semakin diminati di berbagai negara. Ia bertanggung jawab atas proses pembuatan jimbe, mulai dari memukul lingkaran besi hingga memasang kulit kendang, yang merupakan bahan utama dalam pembuatan alat musik tersebut.

Bali Danu Sentana, yang didirikan oleh Made Sudarsa, pertama kali memproduksi jimbe pada tahun 2014. Sebelumnya, Sudarsa hanya berperan sebagai agen yang mencari jimbe dari pengrajin lain untuk dijual kepada konsumen. Namun, karena kesulitan mendapatkan jimbe yang sesuai dengan standar pelanggan, ia memutuskan untuk memproduksi sendiri alat musik tersebut. 

Pada awalnya, Sudarsa membuat jimbe di Kerobokan, Badung. Seiring dengan meningkatnya pesanan, ia memutuskan untuk memindahkan produksinya ke sebuah gudang di Denpasar setelah mendapatkan pinjaman dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada 2015. Pinjaman tersebut digunakan untuk membeli gudang sebagai tempat produksi sekaligus penyimpanan barang.

Jimbe yang diproduksi di Bali Danu Sentana menggunakan kulit kambing dan kayu mahoni, bahan-bahan yang didatangkan dari Kediri dan Blitar, Jawa Timur. Jimbe yang dihasilkan bervariasi, dengan harga mulai dari Rp 100 ribu untuk ukuran 40 cm hingga Rp 600 ribu untuk ukuran 60 cm, tergantung pada desain dan ukuran yang diminta oleh pelanggan.

Produk jimbe buatan Bali Danu Sentana tidak hanya dipasarkan di kota-kota besar di Indonesia seperti Palembang dan Jakarta, tetapi juga telah merambah pasar internasional, termasuk Jepang, China, Australia, dan Jerman. Sudarsa menyebutkan bahwa alat musik ini sering digunakan dalam berbagai acara, termasuk sebagai alat untuk terapi atau *healing*. 

Namun, meski usahanya telah berkembang pesat, Sudarsa mencatat penurunan pesanan sebesar 50 persen dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun demikian, ia tetap berharap bahwa permintaan jimbe akan kembali meningkat, dan ia berupaya mempertahankan kualitas produk serta menjaga hubungan baik dengan pelanggan.

Melalui usahanya, Sudarsa tidak hanya berhasil membesarkan bisnisnya, tetapi juga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup para karyawannya, yang sebagian besar dibayar berdasarkan hasil produksi jimbe. Ia juga merasa bersyukur karena dapat menyekolahkan keponakannya hingga jenjang sarjana dan membantu para pegawainya untuk melakukan hal serupa.

Regional CEO BRI Denpasar, Hery Noercahya, menjelaskan bahwa program KUR yang diberikan kepada pelaku UMKM seperti Bali Danu Sentana bertujuan untuk memperkuat modal usaha, mendukung pengembangan sektor riil, dan memberdayakan UMKM agar semakin mandiri. Program ini juga memberikan kemudahan akses bagi pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis mereka, baik dalam hal pembiayaan maupun pengembangan produksi. 

Dengan bantuan KUR dan dukungan dari berbagai pihak, Jimbe Bali Danu Sentana terus menorehkan prestasi, tidak hanya di pasar lokal, tetapi juga di pasar global, menjadikan produk kerajinan khas Bali ini semakin mendunia.

***

ALP/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x