Perjalanan Bisnis Batik Prabuseno Berkat Digitalisasi Sukses di Pasar Global
Jumat, 14 Maret 2025 | 10:00 WIB

LINK UMKM - Perjalanan panjang dan penuh tantangan telah dilalui oleh Aditya Bayu Pamungkas, atau yang akrab disapa Bayu, dalam merintis usahanya. Dari kegagalan di bisnis kuliner hingga sukses mendunia di pasar batik, Bayu kini menjadi pemilik brand batik Prabuseno yang sukses menembus pasar internasional melalui platform digital.
Bayu mengawali perjalanan bisnisnya dengan mendirikan restoran ayam goreng di Solo. Meskipun sudah memiliki lima booth, ambisi besar untuk mengembangkan restoran justru membuat usahanya gulung tikar. Beban operasional yang tinggi dan persaingan yang ketat menjadi tantangan besar yang tak dapat diatasi. Dalam menghadapi kenyataan pahit ini, Bayu memilih untuk berhenti dari bisnis kuliner dan beralih menjadi reseller pakaian jadi di Beteng Trade Center (BTC) Solo.
Meskipun pernah memiliki toko di BTC, keterbatasan modal memaksanya menutup toko tersebut. Pada akhirnya, Bayu kembali fokus berjualan secara online melalui Shopee, dengan memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk-produk batik.
Pada 2019, Bayu menemukan peluang baru. Ketika pandemi Covid-19 melanda, banyak perajin batik yang kesulitan menjual produk mereka secara offline. Beberapa dari mereka mendekati Bayu dan meminta bantuan untuk memasarkan batik mereka secara online. Peluang ini dimanfaatkan oleh Bayu untuk membangun bisnis batiknya.
Bayu memutuskan untuk membuat brand sendiri, yang dinamainya "Prabuseno," yang diambil dari bahasa Sansekerta. Pada 1 Juni 2020, Bayu meluncurkan Prabuseno di platform Instagram dan Shopee. Hasilnya, penjualan produk batik langsung meningkat pesat.
Seiring dengan meningkatnya permintaan, Bayu terpaksa menambah ruang untuk mengemas pesanan. Pada 2021, ia memutuskan untuk menyewa sebuah kios di Solo Baru, Sukoharjo, untuk menjadi gudang dan tempat packing. Meskipun sudah memiliki tempat fisik, Bayu tetap fokus pada penjualan online karena sebagian besar pendapatan berasal dari sana.
Bayu terus memperluas usahanya dengan membuka toko fisik di Jalan Radjiman Solo pada 2022, sekaligus memperkenalkan batik tulis untuk memenuhi permintaan pasar yang lebih beragam. Ia juga mulai menyasar pasar Jakarta dengan membuka kios di Thamrin City.
Pada 2024, Bayu melangkah lebih jauh dengan memindahkan operasional bisnisnya ke Kampung Batik Laweyan, yang dikenal sebagai sentra perajin batik di Solo. Di sini, ia tidak hanya menjual batik printing, tetapi juga batik tulis, untuk mengikuti perkembangan tren dan permintaan pasar.
Melalui pemasaran online yang konsisten, Prabuseno berhasil menembus pasar luar negeri, khususnya Singapura dan Malaysia. Meskipun permintaan dari luar negeri masih terbatas, Bayu optimis bahwa digitalisasi telah membuka banyak peluang. Ia pun mengikuti program SMESCO Indonesia untuk membantu memperkenalkan produk Prabuseno di pasar digital global.
Bayu mengungkapkan bahwa penjualan melalui platform digital, khususnya Shopee, memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan bisnisnya. Ia menyebutkan bahwa dalam setahun terakhir, Prabuseno berhasil menjual ratusan batik dan kain dengan harga mulai dari Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per buah.
Dukungan dari Shopee melalui berbagai program, seperti Program Sukses UMKM Baru, juga membantu mempercepat digitalisasi bisnisnya. Program ini bertujuan untuk mendukung pelaku UMKM dalam memulai dan mengembangkan bisnis online mereka.
Melalui ketekunan dan pemanfaatan teknologi digital, Aditya Bayu Pamungkas berhasil membawa batik Prabuseno meraih sukses yang luar biasa. Dari kegagalan di dunia kuliner hingga mendunia di pasar batik, Bayu kini menjadi contoh nyata bagaimana digitalisasi membuka peluang bisnis tanpa batas. Dengan terus berinovasi dan memanfaatkan platform digital, Bayu bertekad untuk membawa batik Prabuseno lebih jauh lagi, menembus pasar global yang lebih luas.
***
ALP/NS



