Dari Gaji 40 Juta, Doni Menjadi Pengusaha Madu Sukses Berkat E-Commerce
Jumat, 14 Maret 2025 | 08:00 WIB

LINK UMKM - Doni Pridatama, seorang mantan pegawai bank yang pernah meraih gaji mencapai Rp 40 juta per bulan, kini sukses mengelola usaha madu bernama Sarang Maduku. Keputusannya untuk meninggalkan dunia perbankan dan merintis usaha madu bukanlah tanpa tantangan. Pada awal perjalanan bisnisnya, ia sempat mengalami kerugian besar ketika uang Rp 30 juta yang diinvestasikannya dalam bisnis peternakan lebah malah hilang begitu saja. Uang tersebut adalah sisa pesangon dari pekerjaannya di bank, yang ia putuskan untuk meninggalkan demi mewujudkan cita-citanya mengembangkan bisnis madu.
Namun, kegagalan tersebut tidak menyurutkan semangat Doni. Ia kembali memulai usaha dengan modal kecil hanya Rp 500.000 pada tahun 2020, membeli madu dari peternak, mengemas ulang, dan memasarkan produknya melalui platform e-commerce Shopee. Ternyata, bisnis madu yang ia rintis mendapatkan sambutan positif, terutama di tengah pandemi Covid-19 yang meningkatkan permintaan produk kesehatan.
Doni mengandalkan pemasaran digital sejak awal untuk mengembangkan usahanya. Dengan memahami tren belanja daring yang semakin meningkat, ia terus mengoptimalkan konten di platform e-commerce untuk menarik minat pelanggan. Ia menyadari bahwa madu bukanlah barang pokok, sehingga menciptakan konten yang menarik adalah kunci agar konsumen merasa butuh dengan produknya. Melalui program pemasaran Shopee seperti iklan, video, dan live streaming, penjualannya meningkat pesat.
Selain beriklan, Doni juga memanfaatkan fitur live streaming untuk menjelaskan manfaat dan keaslian produk Sarang Maduku, dengan mengundang ahli gizi untuk memberikan penjelasan. Hal ini dilakukan untuk mengatasi keraguan konsumen terkait keaslian madu. Tidak hanya itu, untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan, ia menugaskan staf khusus untuk menindaklanjuti feedback dari konsumen, memastikan produk benar-benar bermanfaat.
Saat ini, Sarang Maduku telah memiliki 33 varian produk madu, mulai dari madu klanceng, madu kopi, hingga madu multiflora. Produk ini dipasok dari 12 mitra peternak lebah. Doni bahkan mengembangkan produk turunan berupa suplemen penurunan berat badan berbahan dasar madu dan cuka apel. Berkat pemasaran digital dan inovasi yang terus dilakukan, bisnis madu Doni kini menghasilkan omset miliaran rupiah per tahun, dengan produk yang juga telah diekspor ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Doni menyebutkan bahwa fokus pada pemasaran digital dan komitmen terhadap perilaku religius seperti rutin bersedekah menjadi kunci kesuksesannya. Dalam menjalankan bisnisnya, ia selalu mengutamakan keberlanjutan dan selalu beradaptasi dengan perkembangan digital yang semakin pesat.
Pemasaran digital melalui platform seperti Shopee juga mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk pemerintah yang mendukung UMKM untuk memanfaatkan teknologi digital dalam mengembangkan bisnis. Dengan berbagai program yang disediakan oleh Shopee, seperti pelatihan dan dukungan ekspor, lebih banyak UMKM Indonesia memiliki kesempatan untuk berkembang dan menembus pasar global.
Doni pun mengajak pelaku UMKM lainnya untuk terus memanfaatkan teknologi digital, yang menurutnya adalah masa depan pemasaran produk. Dengan memanfaatkan platform e-commerce, pengusaha lokal dapat memperluas pasar tanpa batasan waktu dan tempat, serta dengan biaya yang lebih efisien dibandingkan iklan konvensional.
Melalui kisah suksesnya, Doni membuktikan bahwa dengan ketekunan, inovasi, dan pemanfaatan pemasaran digital, bisnis apapun dapat berkembang pesat meskipun dimulai dari modal yang terbatas.
***
ALP/NS



