Perjalanan Sukses Bayu Merintis Bisnis Batik Hingga Menembus Pasar Ekspor Berkat Pemanfaatan Digitalisasi
Minggu, 30 Maret 2025 | 08:00 WIB

LINK UMKM - Sejak masa kuliah, Aditya Bayu Pamungkas (35) telah mengawali sejumlah usaha dengan berbagai pengalaman jatuh bangun. Dari bisnis kuliner hingga menjadi reseller pakaian, Bayu terus berupaya untuk menemukan jalur yang tepat. Bisnis pertamanya di dunia kuliner, yang menjual ayam goreng, sempat berkembang pesat dengan memiliki lima booth di Solo, namun ambisinya untuk mengembangkan restoran lebih besar malah berujung pada gulung tikar. Persaingan yang ketat dan beban operasional yang tinggi membuatnya memutuskan untuk beralih ke usaha lain.
Bergabung dalam bisnis pakaian dengan menjadi reseller di Beteng Trade Center (BTC) Solo, Bayu mulai merambah dunia penjualan online melalui platform Shopee. Meskipun sempat membuka toko fisik, keterbatasan modal membuatnya terpaksa menutup toko tersebut. Namun, usaha ini menjadi titik balik dalam perjalanan bisnis Bayu.
Kebangkitan Bisnis Batik di Tengah Pandemi
Tahun 2019 menjadi awal kebangkitan bagi Bayu di dunia bisnis batik. Ketika pandemi melanda, banyak perajin batik yang kesulitan memasarkan produknya secara offline. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Bayu yang ditawarkan oleh sejumlah perajin batik untuk menjualkan produk mereka secara online. Dari sini, Bayu mulai mendirikan bisnis batik sendiri dengan brand Prabuseno, yang ia pilihkan dari kata Sansekerta dengan harapan memberi makna mendalam. Ia memulai penjualannya pada 1 Juni 2020 melalui Instagram dan Shopee, dan respon yang diterima ternyata luar biasa positif.
Seiring dengan meningkatnya permintaan, Bayu pun menyewa sebuah kios di Solo Baru untuk dijadikan tempat pengemasan pesanan yang terus meningkat. Meski demikian, penjualan utama tetap dilakukan melalui platform online, yang terbukti lebih menguntungkan. Pada tahun 2022, saat situasi pandemi mulai terkendali, Bayu memutuskan untuk membuka toko fisik di Jalan Radjiman Solo, meskipun penjualan online masih mendominasi.
Ekspansi Bisnis dan Menembus Pasar Ekspor
Pada tahun 2024, Bayu memutuskan untuk mengubah lokasi usahanya dengan pindah ke Kampung Batik Laweyan, Solo. Hal ini bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada pembeli serta memperkuat identitas sebagai produsen batik. Tidak hanya menjual batik printing, Bayu juga mulai menawarkan batik tulis untuk memenuhi permintaan pasar. Bayu bahkan mulai memperluas jangkauan pasarnya ke Jakarta, dengan membuka kios di Thamrin City.
Untuk mendekatkan diri pada pelanggan di luar negeri, Bayu juga memanfaatkan peluang untuk menembus pasar ekspor. Melalui pemanfaatan digitalisasi, penjualan produk batik Prabuseno mulai menjangkau pasar internasional, seperti Singapura dan Malaysia. Walaupun permintaannya masih terbilang kecil, Bayu merasa optimis karena potensi pasar ekspor terus berkembang. Ia mencatatkan rata-rata penjualan sebanyak 10 buah per bulan ke luar negeri.
Dukungan Program Digitalisasi untuk UMKM
Di sisi lain, Pemerintah Kota Solo juga mendukung pengembangan UMKM melalui pelatihan digitalisasi. Pelatihan tersebut melibatkan berbagai mitra yang dapat membantu UKM dalam meningkatkan kemampuan pemasaran dan manajemen usaha mereka. Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Solo mengadakan pelatihan yang dibiayai melalui APBD, serta bekerja sama dengan sejumlah perusahaan besar seperti Shopee, Grab, dan Tokopedia untuk membantu UKM yang belum terjangkau oleh APBD.
Keberhasilan yang Terus Berkembang
Kini, dengan 14 karyawan yang membantu dalam proses produksi, pemasaran, dan pengelolaan gudang, Bayu terus mengembangkan bisnisnya. Bayu mencatatkan penjualan antara 30 hingga 50 buah batik setiap harinya, dengan harga berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per buah untuk batik, dan Rp 150.000 per lembar untuk kain. Melalui pemanfaatan digitalisasi dan komitmennya untuk terus berinovasi, Bayu berhasil membawa bisnis batik Prabuseno mencapai kesuksesan yang semakin besar, baik di pasar domestik maupun internasional.
Perjalanan panjang yang ditempuh oleh Aditya Bayu Pamungkas dalam merintis bisnis batiknya menunjukkan betapa pentingnya adaptasi terhadap perkembangan teknologi. Dengan memanfaatkan platform digital dan berbagai program pengembangan UMKM, Bayu berhasil menembus pasar yang lebih luas, termasuk pasar ekspor. Ini menunjukkan bahwa dengan pemanfaatan yang tepat, digitalisasi dapat menjadi kunci keberhasilan dalam meraih kesuksesan bisnis.
***
ALP/NS



