Mengungkap Tantangan UMKM dalam Mengakses Pembiayaan Bank: Apa yang Menjadi Penghalang?
Selasa, 17 Desember 2024 | 08:00 WIB

LINK UMKM - Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) aktif mendukung sektor perbankan syariah untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan yang ada, dengan menyediakan akses yang lebih mudah dalam pembiayaan dan pemasaran produk dari hulu ke hilir. Dalam sebuah acara peluncuran PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Talenta Wirausaha 2024 di Jakarta pada 10 Desember 2024, Wakil Menteri UMKM, Helvi Moraza, menjelaskan bahwa salah satu faktor kunci bagi keberhasilan dan keberlanjutan UMKM adalah akses yang memadai terhadap pendanaan.
Menurut hasil riset yang dilakukan oleh EY Parthenon, kebutuhan pembiayaan UMKM pada tahun 2026 diperkirakan akan mencapai Rp 4.300 triliun, sementara kemampuan suplai yang ada saat ini baru mencapai Rp 1.900 triliun. Hal ini menandakan adanya kekurangan sebesar Rp 2.400 triliun dalam pembiayaan sektor UMKM. Helvi menyatakan bahwa potensi pembiayaan wirausaha di Indonesia, khususnya melalui perbankan syariah, masih sangat besar.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa UMKM menghadapi berbagai tantangan dalam mengakses pembiayaan. Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman mengenai produk-produk pembiayaan yang tersedia. Selain itu, minimnya literasi mengenai laporan keuangan juga menjadi hambatan besar bagi UMKM dalam meyakinkan lembaga keuangan untuk memberikan pembiayaan. Tanpa laporan keuangan yang terstruktur dengan baik, UMKM kesulitan untuk mendapatkan kepercayaan dari bank atau lembaga keuangan lainnya.
Dalam rangka mengatasi tantangan ini, Helvi memberikan apresiasi kepada program Talenta Wirausaha BSI 2024 yang telah berperan penting dalam membimbing dan mendampingi para wirausahawan muda. Program ini tidak hanya memberikan ruang bagi para pelaku UMKM untuk berkompetisi, tetapi juga memberikan pelatihan agar mereka dapat berkembang dan siap bersaing di pasar global. Helvi juga menyebutkan bahwa Kementerian UMKM telah meluncurkan program Entrepreneur Financial Fiesta (EFF), yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis wirausaha dengan menghubungkan mereka dengan lembaga keuangan di tingkat nasional dan global.
Selain itu, Helvi mengungkapkan bahwa Kementerian UMKM sedang merencanakan pembentukan klaster UMKM atau holding UMKM. Dalam skema ini, UMKM terbaik akan bertanggung jawab untuk membantu UMKM lainnya yang memiliki spesifikasi usaha tertentu, dengan tujuan untuk mengatasi masalah kolateral yang selama ini menjadi hambatan dalam akses pembiayaan. Rencana ini masih dalam tahap kajian, mengingat perbankan biasanya kesulitan memberikan kredit tanpa adanya jaminan yang jelas.
Helvi menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan perbankan dalam menciptakan ekosistem kewirausahaan yang lebih kuat. Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengajak para peserta untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan sebaik-baiknya, tidak hanya untuk mencari keuntungan, tetapi juga untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
***
NS/SKA
Sementara itu, Direktur Utama BSI, Hery Gunardi, menyatakan bahwa sejak dimulai pada 2022, program Talenta Wirausaha BSI telah melibatkan ribuan wirausaha muda yang kini semakin berkembang. Hery juga menambahkan bahwa saat ini terdapat sekitar 65 juta pelaku UMKM di Indonesia, yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan rasio kewirausahaan di tanah air. Indonesia, yang ditargetkan menjadi negara maju pada 2045, perlu mencapai rasio kewirausahaan minimal 4 persen, sementara saat ini rasio tersebut baru mencapai 3,7 persen. Untuk mendukung pencapaian ini, BSI berkomitmen untuk terus mendukung perkembangan UMKM melalui program Talenta Wirausaha BSI.



