Koperasi dan UMKM Membangun Pabrik Minyak Makan Merah untuk Petani Sawit di Kalimantan Barat

Kamis, 10 Oktober 2024 | 10:00 WIB

Koperasi dan UMKM Membangun Pabrik Minyak Makan Merah untuk Petani Sawit di Kalimantan Barat

LINK UMKM - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKop UKM) telah melaksanakan peletakan batu pertama untuk pembangunan pabrik minyak makan merah di Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani sawit di daerah tersebut. Deputi Bidang Perkoperasian KemenKop UKM, Ahmad Zabadi, menyatakan bahwa saat ini terdapat lima pabrik minyak makan merah yang sedang dibangun dan dikembangkan oleh koperasi, dengan dukungan dari KemenKop UKM.

Pabrik yang berlokasi di Kabupaten Sanggau terdiri dari dua titik, masing-masing dengan luas 2,5 hektar dan 16 hektar. Pabrik ini direncanakan akan dikelola oleh Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh), sementara pabrik di Kabupaten Sekadau akan diurus oleh Koperasi Aliansi Petani Kelapa Sawit (APKS) Keling Kumang.

Zabadi menjelaskan bahwa pembangunan pabrik minyak makan merah ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Joko Widodo, yang menginginkan pengembangan pabrik minyak makan merah pertama diluncurkan di Kabupaten Deli Serdang pada bulan Maret yang lalu. Kedua pabrik tersebut menjadi bagian dari hilirisasi komoditas sawit yang diharapkan dapat memberikan kepastian harga bagi petani melalui Tandan Buah Segar (TBS) yang dibeli dan dikelola oleh koperasi. Ia menambahkan bahwa para petani juga akan mendapatkan manfaat dari proses hilirisasi CPO menjadi produk turunan seperti bahan baku sabun, kosmetik, dan pakan ternak.

Zabadi menjelaskan bahwa konsep pengembangan pabrik minyak makan merah berbasis koperasi ini semakin diperkuat untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, terutama kesejahteraan petani sawit yang masih memprihatinkan. Salah satu isu yang ingin diselesaikan adalah tingginya impor vitamin A dan E, sementara Indonesia memiliki komoditas sawit yang kaya akan vitamin tersebut namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Dalam konteks ini, Indonesia, sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dihadapkan pada tantangan tingginya harga minyak goreng. Zabadi mengharapkan bahwa anomali-anomali ini dapat diatasi melalui program hilirisasi pabrik minyak makan merah berbasis koperasi. Ia menyebutkan bahwa produksi CPO Indonesia mencapai 54 juta ton, sementara kebutuhan dalam negeri sekitar 20 juta ton, yang berarti masih ada surplus. Namun, masalah muncul karena sebagian besar CPO diekspor, sehingga menyebabkan kenaikan harga minyak goreng di pasar domestik.

Zabadi menegaskan bahwa pabrik minyak makan merah hanya dapat dibangun dan dikelola oleh koperasi, dengan pelarangan bagi swasta atau korporasi untuk membangun pabrik serupa. Ketentuan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (PerMenKop UKM) Nomor 5 Tahun 2023 tentang Tata Kelola Minyak Makan Merah Berbasis Koperasi. Ia menjelaskan bahwa pengelolaan oleh koperasi bukan merupakan bentuk monopoli, melainkan representasi dari ekonomi rakyat, di mana seluruh anggota koperasi memiliki hak eksklusif.

Dengan adanya pabrik-pabrik ini, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan minyak goreng masyarakat di sekitar lokasi pabrik. Zabadi menyatakan bahwa untuk pembiayaan, Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUMKM (LPDB KUMKM) siap memberikan dukungan, namun dengan aset koperasi yang sudah besar, ia percaya bahwa koperasi sudah memiliki kemampuan untuk menarik lembaga keuangan.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Kalimantan Barat, Ignasius IK, memberikan apresiasi terhadap upaya KemenKop UKM yang memilih provinsi mereka sebagai lokasi pembangunan pabrik minyak makan merah. Ia menyebutkan bahwa proyek ini menjadi tonggak sejarah baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani sawit. Ignasius berharap bahwa inisiatif ini dapat menggali potensi sumber daya alam sawit yang melimpah di daerah tersebut.

Zabadi juga berharap bahwa setelah pabrik minyak makan merah beroperasi, kontribusi koperasi di sektor riil akan meningkat, berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi dan PDB daerah. Pj Bupati Sanggau, Suherman, menyatakan kesiapannya untuk mendukung pembangunan pabrik dengan melakukan perbaikan infrastruktur seperti jalan, guna memperlancar mobilitas barang yang dihasilkan koperasi.

Ketua Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh), Yohanis Cianes Walean, menjelaskan bahwa setelah pabrik pertama selesai dibangun, mereka berencana untuk melakukan ekspansi dengan membangun dua pabrik lainnya dalam satu klaster untuk memaksimalkan penyerapan hasil produksi CPO dari petani yang mencapai 171 ton per hari. Yohanis menekankan pentingnya perencanaan yang matang untuk pabrik pertama, sehingga untuk pabrik kedua dan ketiga, proses pembangunan bisa lebih efisien.

***

IN/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x