Pakar Mengatakan UMKM Masih Dapat Keuntungan dari E-Commerce Meski Biaya Admin Naik

Senin, 30 September 2024 | 08:00 WIB

Penggunaan internet di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya

LINK UMKM - Penggunaan internet di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Menurut data terbaru, penetrasi internet mencapai 79,5% pada tahun 2023, yang setara dengan sekitar 221 juta jiwa. Peningkatan ini berdampak besar pada gaya hidup masyarakat, terutama dalam hal belanja online di platform e-commerce seperti Tokopedia, TikTok, Lazada, dan Shopee.

Berdasarkan laporan dari Momentum Works, Indonesia tetap menjadi pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara, dengan kontribusi sebesar 46,9% terhadap Gross Merchandise Value (GMV) pada tahun 2024. Laporan dari eCommerceDB juga memprediksi industri e-commerce Indonesia akan tumbuh hingga 30,5% pada tahun yang sama. 

Direktur Ekonomi Digital di CELIOS, Nailul Huda, menjelaskan bahwa sejumlah faktor membuat e-commerce tetap diminati, termasuk pertumbuhan pengguna internet dan meningkatnya kelas menengah yang adaptif terhadap teknologi. Ia menyebutkan bahwa penduduk usia muda, termasuk Generasi Z dan Milenial, berkontribusi besar dalam hal ini, mencapai 52% dari total populasi.

Huda juga menambahkan bahwa harga produk di e-commerce menjadi faktor dominan dalam keputusan pembelian masyarakat. Konsumen di Indonesia dikenal sebagai "price-oriented consumer," yang berarti mereka sangat mempertimbangkan harga saat berbelanja.

Belum lama ini, platform e-commerce seperti Tokopedia, TikTok, dan Shopee mengumumkan kenaikan biaya administrasi untuk penjual. Kenaikan ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa menguntungkan berjualan di e-commerce di tengah perubahan tersebut.

Biaya administrasi merupakan hal umum dalam industri e-commerce, yang diperlukan untuk pemeliharaan teknologi digital dan peningkatan layanan. Biaya ini biasanya digunakan untuk memperbaiki layanan pelanggan, program perlindungan, dan fitur-fitur lainnya yang mendukung transaksi antara penjual dan pembeli.

Huda menekankan pentingnya agar platform memberikan pelayanan yang lebih baik seiring dengan kenaikan biaya administrasi. Jika tidak, penjual mungkin akan mencari alternatif lain.

Kenaikan biaya administrasi ini tidak terlepas dari perbandingan dengan negara tetangga. Di Malaysia, biaya administrasi di Lazada berkisar antara 4-19%, sedangkan di Singapura, Amazon mematok biaya antara 8-45%, tergantung kategori produk.

Apakah Berbisnis di E-Commerce Masih Menjanjikan?

Walaupun ada kenaikan biaya administrasi, e-commerce tetap dianggap sebagai lahan yang menjanjikan bagi penjual. Data dari Momentum Works menunjukkan bahwa Shopee menguasai 48% pangsa pasar Asia Tenggara selama lima tahun terakhir. Riset IPSOS juga mencatat bahwa Shopee adalah pilihan utama bagi konsumen, diikuti oleh Tokopedia dan TikTok Shop.

Direktur Eksekutif ICT Indonesia, Heru Sutadi, menegaskan bahwa berbisnis di e-commerce masih memiliki potensi meskipun biaya admin meningkat. Masyarakat cenderung menerima kenaikan biaya yang tidak signifikan. Namun, Heru memperingatkan bahwa jika kenaikan tersebut tidak dikelola dengan baik, konsumen bisa beralih ke platform lain atau berbelanja secara offline.

Para penjual disarankan untuk memastikan kualitas produk dan kemudahan dalam proses pengembalian atau penukaran barang. Mereka juga perlu menyusun strategi untuk menjaga harga tetap kompetitif.

Kenaikan biaya administrasi di e-commerce dapat memberikan tantangan bagi UMKM, tetapi sektor ini tetap menjanjikan. Penjual perlu beradaptasi dengan perubahan dan memanfaatkan peluang yang ada untuk mempertahankan daya saing. Melalui strategi yang tepat, UMKM dapat terus meraih keuntungan meskipun di tengah biaya yang meningkat.

***

IN/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x