Inovasi UMKM dalam Pengelolaan Sampah: Kisah Sukses Jagatera

Sabtu, 28 September 2024 | 08:00 WIB

Inovasi UMKM dalam Pengelolaan Sampah: Kisah Sukses Jagatera

LINK UMKM - Pengelolaan sampah menjadi salah satu tantangan serius di Indonesia, dengan volume sampah yang terus meningkat dan belum ada solusi yang memadai. Menyikapi masalah ini, beberapa anggota masyarakat mulai berinisiatif untuk melakukan pengelolaan sampah dengan cara yang lebih baik. Salah satu tokoh yang tergerak adalah Denny M Pondiu, seorang pria berusia 41 tahun, yang berkomitmen untuk menyelamatkan lingkungan melalui pengelolaan sampah menjadi barang baru. Pada tahun 2014, Denny mendirikan layanan pengelolaan sampah yang dikenal dengan nama Jagatera. Dalam sebuah wawancara, Denny membagikan kisah awal pendirian Jagatera serta produk-produk yang telah dihasilkan.

Sebelum mengembangkan Jagatera, Denny telah terlibat dalam gerakan sosial yang fokus pada pengelolaan sampah. Pada tahun 2014, ia memulai dengan mengumpulkan pakaian bekas untuk disalurkan kepada penerima manfaat. Denny menjelaskan bahwa awalnya tidak ada pembicaraan mengenai bisnis; inisiatif tersebut ditujukan untuk teman-teman yang memiliki pakaian layak pakai untuk disalurkan.

Empat hingga lima tahun kemudian, saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Denny menemukan momentum untuk mengembangkan gerakan sosial tersebut lebih lanjut. Denny mencatat bahwa saat pandemi banyak aktivitas yang terhenti, yang membuatnya berinisiatif untuk mengembangkan layanan pengelolaan sampah. Ia menyatakan bahwa pada awalnya, tujuan mereka bukan untuk menghasilkan keuntungan, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka menemukan jalan untuk mengelola usaha ini lebih besar.

Jagatera terus berkembang dari tahun ke tahun, tidak hanya menerima sampah pakaian, tetapi juga jenis sampah lainnya, termasuk furnitur, boneka, alat elektronik, dan peralatan rumah tangga. Saat ini, Jagatera telah menerima sampah dari masyarakat dengan volume mencapai lima hingga sepuluh ton per bulan. Sampah-sampah tersebut kemudian diolah kembali menjadi produk baru, seperti barang home decor dan sepatu.

Denny menjelaskan bahwa meskipun pengelolaan masih terbatas, mereka telah memproduksi barang home decor bernama Jagatera Brick, yang merupakan bata dekoratif, serta sepatu yang terdiri dari 30 persen bahan daur ulang. Selain memproduksi barang, Jagatera juga menerima botol plastik, kardus, kertas, logam, dan besi, yang akan dikirim ke mitra daur ulang.

Walaupun awalnya bukan berorientasi bisnis, Denny merasakan kebutuhan untuk mengembangkan Jagatera lebih profesional. Untuk itu, ia mulai merekrut tim profesional yang memerlukan dana untuk operasional pengelolaan sampah. Denny mencatat bahwa pada tahun 2014, mereka masih berstatus relawan dengan niat berbagi, tetapi kini mereka ingin memperluas jangkauan layanan dan oleh karena itu harus menggunakan tim yang lebih profesional. 

Denny pun memutuskan untuk menjadikan Jagatera sebagai usaha komersial, di mana masyarakat yang ingin menyetorkan sampah harus membayar biaya, mulai dari Rp 10.000 per kilogram. Ia menjelaskan bahwa sampah tekstil seperti baju, mainan, sandal, sepatu, dan boneka juga dikenakan biaya, termasuk untuk proses daur ulang.

Masyarakat yang ingin menyetorkan sampah dapat datang langsung ke cabang Jagatera terdekat atau memanfaatkan layanan pick-up dari rumah ke rumah yang disediakan oleh tim Jagatera, yang dilakukan sebulan sekali. Denny berharap semakin banyak orang memahami permasalahan sampah, tidak hanya terbatas pada sampah organik dan anorganik. 

Ia berharap masyarakat semakin sadar akan adanya sampah spesifik dan lebih peduli terhadap pengelolaannya. Denny mengingatkan bahwa setelah barang-barang digunakan, sebaiknya tidak dibuang sembarangan.

***

IN/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x