Mengubah Nasib Petani Melalui Gula Semut: Perjalanan Desa Semedo Menuju Kesejahteraan

Selasa, 10 September 2024 | 08:00 WIB

Mengubah Nasib Petani Melalui Gula Semut: Perjalanan Desa Semedo Menuju Kesejahteraan

LINK UMKM - Sebuah desa yang terletak di Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyimpan kisah yang menggembirakan. Kisah ini melibatkan Akhmad Sobirin, seorang pria berusia 37 tahun, yang lahir dan dibesarkan di Desa Semedo. Sobirin telah berhasil membawa perubahan signifikan di desanya melalui pendirian Koperasi Semedo Manise Sejahtera. Melalui koperasi ini, pohon kelapa yang melimpah di Desa Semedo telah memberikan kesejahteraan bagi ribuan petani, meningkatkan taraf hidup mereka. Dalam sebuah acara kunjungan ke UMKM Banyumas Binaan Astra yang diselenggarakan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Sobirin menyampaikan bahwa Desa Semedo, kini dikenal sebagai Desa Sejahtera Astra, telah berhasil menjadi produsen ekspor gula semut.

Kisah ini bermula dari kehidupan masyarakat Desa Semedo yang sehari-harinya bekerja sebagai penderes nira kelapa. Meskipun pekerjaan ini berbahaya karena memanjat pohon kelapa tanpa alat bantu, hal ini merupakan sumber kehidupan utama bagi para petani dan keluarga mereka. Sayangnya, kehidupan petani gula kelapa di Desa Semedo pada masa lalu tidaklah makmur. Sebelum tahun 2000-an, Desa Semedo bahkan pernah tercatat sebagai desa tertinggal karena rendahnya pendapatan para petani. Sobirin, yang saat kecil merasa malu dengan asal-usulnya dari Desa Semedo, dan sering kali dipanggil “anak penderes,” menjadikan pengalaman buruk tersebut sebagai motivasi untuk mengubah nasib masyarakat desanya. Sobirin, yang dulunya bersekolah dengan sepatu kotor akibat berjalan kaki, berhasil melanjutkan pendidikannya ke Universitas Gadjah Mada di jurusan Teknik Mesin dengan misi untuk memajukan kehidupan petani dan penderes di Desa Semedo.

Pada tahun 2012, Sobirin mendirikan Semedo Manise. Berawal dari membina satu kelompok tani, Sobirin bertekad untuk memperkenalkan produk gula kelapa dari Desa Semedo kepada masyarakat luas, menonjolkan keunggulan desa yang sebelumnya tidak banyak diperhatikan. Sobirin menceritakan bahwa pada tahun 2010, Eropa dan Amerika mulai beralih dari gula putih ke gula kelapa karena manfaat kesehatannya dan sifat organiknya. Menyadari potensi ekspor gula kelapa, Sobirin yang saat itu bekerja di Jakarta memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan kembali ke kampung halaman. Ia berinovasi dengan mengubah gula kelapa cetak menjadi gula kristal yang dikenal sebagai gula semut. Gula semut ini dihasilkan dari nira yang disadap oleh petani, dimasak hingga mencapai titik didih tinggi, kemudian didinginkan dan diaduk hingga membentuk kristal sebelum digerus dan diayak.

Inovasi ini perlahan berhasil menembus pasar ekspor ke Eropa dan Amerika, di mana konsumen lebih memperhatikan kesehatan dan bersedia membayar lebih untuk produk organik. Meskipun awalnya Sobirin mengalami kesulitan meyakinkan para petani, mereka akhirnya tertarik bergabung setelah melihat harga beli gula yang lebih tinggi. Dalam waktu setahun, permintaan ekspor gula semut meningkat hingga mencapai 5 ton per bulan, dan nama Desa Semedo serta Semedo Manise mulai dikenal baik di tingkat lokal maupun internasional.

Desa Semedo kemudian mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Award 2016 di bidang kewirausahaan dari Astra. Penghargaan ini semakin memotivasi Sobirin untuk meningkatkan kualitas produksi gula semut dan menyejahterakan petani. Pada tahun 2018, Desa Semedo menjadi desa percontohan dengan nama Desa Sejahtera Astra (DSA). Hingga saat ini, keberhasilan Semedo Manise semakin terlihat berkat dukungan dari Astra. Sobirin menyebutkan bahwa mereka terus berada dalam program DSA dan merasa bersyukur atas bimbingan tersebut.

Melalui YDBA, Sobirin mengaku mendapatkan pendampingan dan pelatihan mengenai manajemen keuangan, cara produksi, serta pelatihan basic mentality yang mendorong pola pikir petani untuk mencapai kesejahteraan jangka panjang. Kemajuan ini terlihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Semedo, yang kini tidak lagi tercatat sebagai desa tertinggal tetapi sebagai desa berkembang. Banyak petani yang kini memiliki pendapatan di atas dua hingga tiga juta rupiah per bulan, bahkan ada yang mencapai enam juta rupiah. Harga beli gula di tingkat petani juga sudah tinggi, sekitar Rp 20.000 per kilogram.

Perubahan ini memberikan dampak jangka panjang, terutama dalam pendidikan anak-anak petani yang kini banyak yang berhasil meraih gelar sarjana. Koperasi Semedo Manise Sejahtera kini membina ribuan petani dengan 13 kelompok tani yang terdaftar. Perekonomian di Desa Semedo semakin berkembang berkat Semedo Manise dan dukungan dari DSA. Setelah produksi gula semut meningkat, banyak anak-anak petani yang berhasil menjadi sarjana dan pola pikir orang tua juga mulai berubah.

Saat ini, omzet Semedo Manise telah mencapai miliaran rupiah per tahun dengan jumlah ekspor gula semut mencapai 25-30 ton per bulan. Permintaan gula semut dari pasar internasional lebih besar dibandingkan pasar lokal, yang menunjukkan kesadaran masyarakat terhadap produk-produk kesehatan. Namun, Semedo Manise menghadapi tantangan dalam ekspor, yaitu produk yang diekspor masih menggunakan nama pihak ketiga. Sobirin tetap optimis bahwa pada tahun 2024, mereka akan mampu melakukan ekspor dengan nama sendiri berkat dukungan dari Kementerian Koperasi serta bimbingan dari DSA dan YDBA. Sobirin menutup dengan keyakinan bahwa mereka akan dapat mengekspor produk dengan bendera Semedo Manise sendiri berkat bantuan dan fasilitasi yang mereka terima.

***

IN/NS

Komentar

Media Lainnya

Hi!👋
Linda (Link UMKM Digital Assistant)
Chat via WhatsApp disini !

x