Peran dan Tantangan UMKM dalam Perekonomian Indonesia: Studi Kasus Du Anyam dan UMKM NTT
Senin, 12 Agustus 2024 | 11:00 WIB
LINK UMKM - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memainkan peran krusial dalam perekonomian Indonesia. Presiden Joko Widodo sering menekankan pentingnya UMKM, tidak hanya sebagai tulang punggung ekonomi nasional tetapi juga regional di ASEAN. Salah satu contoh sukses UMKM yang berhasil menembus pasar global adalah Du Anyam, yang memanfaatkan potensi lokal dan memberdayakan masyarakat di daerah.
Du Anyam adalah UMKM yang fokus pada pemberdayaan perempuan di pedesaan Indonesia. Sejak 2014, Du Anyam telah bekerja sama dengan komunitas di Desa Wulublolong, Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur, untuk memproduksi anyaman dari daun lontar. Saat ini, sudah ada 1.600 perempuan yang diberdayakan untuk menghasilkan anyaman berkualitas tinggi.
Perusahaan ini memberikan akses keuangan melalui pembelian produk dari pengrajin dan memasarkan produk mereka, yang membantu menggerakkan ekonomi lokal serta memperbaiki pemerataan pembangunan di Indonesia Timur. Du Anyam juga berkomitmen untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul, mendorong kesetaraan gender, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Banyak dari perempuan yang diberdayakan adalah penyintas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan korban kekerasan dalam rumah tangga.
Du Anyam telah menunjukkan pencapaian signifikan. Pada 2018, mereka dipercaya menjadi official merchandise untuk Asian Games karena kemampuan mereka menjaga kualitas produk. Dari produksi awal sebesar 1.000 unit, kini mereka memproduksi 10.000 unit, berkat konsistensi dalam kualitas dan pelatihan rutin untuk 700 pengrajin setiap tahunnya. Selain fokus pada bisnis, Du Anyam juga mendorong penerapan kurikulum menganyam di sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk memberikan siswa tambahan penghasilan untuk biaya kuliah.
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), jumlah UMKM mencapai 168.002 pada 2023, dengan enam kabupaten teratas adalah Kabupaten Sikka, Flores Timur, Sumba Barat Daya, Kabupaten Malaka, Timor Tengah Utara (TTU), dan Timor Tengah Selatan (TTS). UMKM di NTT, seperti Coklat Gaura dan Biskuit Sorgum, juga telah mencapai pasar internasional.
Namun, UMKM menghadapi beberapa tantangan, terutama dalam hal permodalan dan akses pasar. Kementerian Koperasi dan UKM mencatat kendala utama seperti pembiayaan dan pemasaran. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan seperti penurunan tarif pajak final untuk UMKM dan program dana ultra mikro (UMi) melalui Badan Layanan Umum Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Dari 2017 hingga awal Juni 2023, penyaluran pembiayaan UMi di NTT mencapai Rp408,11 miliar untuk 17.986 debitur, dengan PT PNM sebagai penyalur terbesar.
Beberapa UMKM di NTT telah berhasil menembus pasar besar, termasuk Sarinah Plaza di Jakarta. Bank Indonesia NTT telah meluncurkan program onboarding UMKM 2024 untuk meningkatkan literasi digital dan daya saing UMKM di era digital. Program ini bertujuan untuk membantu UMKM beradaptasi dengan teknologi dan meningkatkan akses pasar internasional.
Puji Iman Siagian, Analis Senior Deputi Direktur Pengembangan Inklusi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menekankan pentingnya fokus pada pembiayaan rantai produksi dan sinergi antara berbagai lembaga untuk membantu UMKM naik kelas. Diperlukan juga edukasi keuangan yang mencakup pendampingan, seminar, dan bentuk edukasi lainnya untuk memperkuat kapasitas UMKM.
UMKM, seperti Du Anyam, menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, pemberdayaan masyarakat, dan dukungan pemerintah, usaha kecil dapat berkembang dan mencapai pasar global. Meskipun tantangan seperti akses permodalan dan pemasaran tetap ada, upaya untuk meningkatkan literasi digital dan mengatasi kendala produksi akan membantu UMKM di Indonesia, khususnya di NTT, untuk terus berkembang dan berkontribusi lebih besar pada perekonomian nasional.
***
NNA