Mempertahankan Tradisi dalam Era Digital Kisah Suku Baduy yang Menghadapi Tantangan Modernitas
Minggu, 25 Juni 2023 | 00:00 WIB
LINK UMKM - Suku Baduy, suku asli Provinsi Banten, dikenal sebagai kelompok etnis yang sangat menjaga tradisi dan budaya mereka. Salah satu adat yang dijaga dengan ketat oleh suku ini adalah larangan penggunaan teknologi modern dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ada seorang pria bernama Narman yang memutuskan untuk melanggar larangan tersebut dan mencoba memasarkan produk kerajinan tangannya melalui internet.
Narman, seorang warga Baduy Luar memulai usahanya sejak tahun 2016 dengan menggunakan akun Instagram bernama Baduy Craft. Melalui akun tersebut, Narman menjual berbagai produk kerajinan tangan seperti gelang, kain tenun, tas, dan kalung. Selain menjual produk buatannya sendiri, Narman juga menampung dan menjualkan hasil kerajinan tangan dari warga Baduy lainnya. Saat ini, ia telah menggandeng 25 perajin Baduy sebagai mitra bisnisnya.
Minat Narman untuk terlibat dalam bisnis ini muncul setelah ia melihat pameran Baduy Festival yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Ia melihat potensi pengembangan kerajinan Baduy dan memutuskan untuk memulai bisnis Baduy Craft. Meskipun belajar internet secara otodidak, Narman harus berjalan kaki sejauh dua kilometer ke Desa Ciboleger untuk bisa belajar internet dan komputer. Hal ini karena tradisi di Baduy melarang penggunaan teknologi modern dalam kehidupan sehari-hari mereka. Meskipun menghadapi tantangan, Narman tetap bertekad untuk maju dan membantu menggerakan perekonomian warga Baduy.
Namun, usaha yang dilakukan oleh Narman tidak selalu mendapat dukungan dari semua pihak. Ia mengalami penolakan dari ketua adat Baduy Luar karena penggunaan internet dalam berjualan dianggap dapat merusak adat istiadat yang telah berlaku di Baduy. Meskipun demikian, Narman berusaha menjelaskan bahwa tujuan bisnisnya bukan untuk menghancurkan tradisi nenek moyang, tetapi untuk memperkenalkan produk kerajinan Baduy ke masyarakat luas dan membantu perekonomian warga Baduy. Akhirnya, penjelasan dari Narman dapat dimengerti oleh ketua adat Baduy Luar.
Perjalanan bisnis Narman tidaklah mudah. Untuk memasarkan produk kerajinan masyarakat Baduy, ia harus berjalan kaki berkilo meter-kilometer untuk sekadar membalas chat dari para pelanggannya. Di rumahnya tidak terdapat akses listrik dan internet, sehingga ia harus menghadapi keterbatasan tersebut. Selain itu, Narman juga harus berjalan sekitar 12 kilometer untuk mengirimkan barang pesanan pelanggannya melalui agen pengiriman logistik terdekat. Meskipun menghadapi tantangan tersebut, Narman tetap optimis dan fokus pada manajemen usahanya serta membantu teman-teman perajin Baduy dalam meningkatkan produksi dan inovasi.
Kisah Narman adalah contoh nyata bagaimana seorang individu dapat mempertahankan tradisi dan budaya suku Baduy sambil beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Meskipun menghadapi penolakan awal, Narman berhasil membuktikan bahwa usahanya tidak bertentangan dengan adat istiadat suku Baduy. Ia hanya ingin memperkenalkan produk kerajinan Baduy ke masyarakat luas dan membantu perekonomian warga Baduy. Dalam era digital ini, Narman telah menunjukkan bahwa tradisi dan teknologi dapat hidup berdampingan dengan harmonis.
***
GN/WS