Bioetanol Singkong Pengganti Bahan Bakar Minyak
Senin, 25 September 2023 | 08:00 WIB
LINK UMKM - Lambat laun tapi pasti semua bahan-bahan kebutuhan rumah tangga beranjak naik. Harga kebutuhan yang tinggi menjadi masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat. Salah satu yang mempengaruhi kenaikan harga kebutuhan tersebut adalah kenaikan harga BBM.
BBM menjadi faktor yang mempengaruhi karena dalam proses distribusi, transportasi menggunakan bahan bakar minyak sebagai tenaga penggerak. Dari kebutuhan BBM yang tinggi serta harga BBM yang ikut tinggi juga membuat orang-orang berusaha mencari alternatif penggantinya. Usaha itu membuahkan hasil yang baik yaitu terciptanya bahan bakar bioetanol dari singkong.
Singkong adalah salah satu umbi-umbian yang mengandung karbohidrat yang berasal dari akar tanaman ketela pohon. Singkong mudah sekali ditanam serta perawatannya yang tidak sulit. SIngkong biasa digunakan sebagai sumber makanan pengganti beras, namun selain digunakan sebagai pengganti beras singkong juga bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak.
Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (selulosa) menggunakan bantuan mikroba. Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung selulosa, dilakukan proses konversi lignoselulosa menjadi selulosa dengan beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis fisika, kimia dan biologi (Khairani, 2007).
Singkong dipilih sebagai energi alternatif karena memiliki kandungan pati, gula atau selulosa yang bisa dimanfaatkan dalam proses pembuatan bahan bakar alternatif. Banyaknya bahan baku singkong serta mudahnya proses pembuatan menjadi nilai tambah tersendiri.
Dilansir dari Kumparan pembuatan bioetanol singkong sebagai berikut:
- Pertama, singkong diparut terlebih dahulu. Setelah itu, direndam untuk diambil patinya.
- Langkah kedua yaitu merebus pati dan ditambahkan cendawan Aspergillus sp yang akan menghasilkan enzimalfamilase dan glukoamilase yang berperan mengurai pati menjadi glukosa atau gula sederhana.
- Selanjutnya, glukosa difermentasikan selama 3 hari dan menjadi 3 lapisan (lapisan terbawah endapan protein, di atasnya ada air dan etanol. Dan pada hari ke-4 hasil fermentasi yang diperoleh kemudian direbus pada suhu 78°C.
- Terakhir, lakukan penyulingan. Hasil penyulingan normal akan menghasilkan etanol dengan kadar 60%, sedangkan untuk penyulingan yang dilakukan dua kali akan menghasilkan etanol dengan kadar 95%. Bioetanol singkong pun siap dipasarkan.
Dengan diciptakannya bioetanol singkong ini diharapkan dapat menjadi bahan bakar pengganti minyak, yang mana harga bahan bakar minyak yang terlampau tinggi dan terbatas.
***
GN/PTH