Kisah Pendiri RM Padang Sederhana, Dari Lahan Satu Kali Satu Meter Kini Punya Ratusan
Rabu, 19 Januari 2022 | 15:00 WIB
LINK UMKM - Pionir restoran sederhana masakan Padang ini berdiri di Minangkabau sejak tahun 1973. Di atas rumah tradisional Gadang H. Bustaman merintis usahanya yang saat ini sukses dengan memiliki 100 cabang restoran di berbagai wilayah Indonesia maupun di luar negeri.
Pria kelahiran tahun 1955 di Sumatera Barat hanyalah seorang tamatan SD, namun hal itu ia harus merantau ke kota lain karena faktor budaya. Jambi, kota yang menjadi tujuan pertama H. Bustaman. Di sanalah ia menjadi pekerja serabutan. Mulai dari kerja di kebun karet, jualan koran, tukang cuci di rumah makan dan jadi pedagang asongan.
Pada tahun 1970 atau dua tahun setelah menikah barulah Bustaman memberanikan diri untuk mengadu nasib di ibu kota. Bustaman menikah dengan Fatimah dan di Jakarta, Bustaman ikut adik iparnya dan tinggal di daerah Matraman, Jakarta Timur.
Semula, Bustaman berdagang rokok di pinggir jalan menggunakan gerobak. Sayangnya, di lingkungannya ada keributan antara orang Minang dan preman setempat. Akibatnya, Bustaman dan keluarga harus pindah ke daerah Pejompongan. Saat ia pindah penghasilannya turun drastis.
Berawal dari sanalah ia membuka warung makan dengan berbekal pengalaman bekerja sebagai tukang cuci piring di warung makan, Bustaman mencoba menyewa lahan satu kali satu meter dengan harga Rp3 ribu.
Saat itu Bustaman memasak sendiri. Namun ternyata setelah dijalani omzetnya jauh banget dari modal yang dikeluarkan. Sialnya lagi, hasil dagangan malah dibawa lari oleh pembantu barunya.
Meski demikian, Bustaman tetap konsisten berusaha mendirikan rumah makan. Dia pun mencari tukang masak yang bisa dipercaya. Di sinilah titik balik hidup Bustaman. Warungnya laku keras karena makanannya yang enak.
Namun ternyata kesuksesan tersebut harus mengalami cobaan lagi. Warung Bustaman yang saat itu masih berupa gerobak harus diangkut oleh Satpol PP. Bustaman pun akhirnya membuka warung di lahan yang disediakan oleh pemerintah.
Harga beli lapak tersebut Rp750 per lapak. Namun, satu nama cuma boleh beli satu lapak aja. Padahal, Bustaman butuh dua lapak.
Bustaman pun meminjam nama pamannya. Namun, tantenya malah mengusik warung Bustaman dengan merebut warung tersebut. Meski demikian, nasib baik tetap berpihak pada Bustaman. Warung yang dikelola oleh tantenya tak lebih laris daripada warungnya.
Bustaman pun akhirnya membeli lapak baru di seberang lapak yang sudah dikuasai oleh tantenya dan warung milik Bustaman laris-manis! Kini, restoran tersebut berkembang menjadi sebuah perusahaan PT. Sederhana Citra Mandiri yang menaungi restoran tersebut.
Kisah pemberian nama Rumah Makan Padang Sederhana sendiri berasal dari nama restoran di Jambi tempat Bustaman bekerja. Nama tersebut dipilih istrinya atas pertimbangan nama “Sederhana” mudah diingat.
Sebagai informasi, Rumah Makan Padang Sederhana milik Bustaman adalah yang berlogo rumah Gadang dan terdapat tulisan SA. Penting untuk diketahui karena cukup banyak rumah makan Padang lain yang menggunakan nama Sederhana.