Mama Martha, Dari Merajut Noken Sampai ke New York
Rabu, 30 September 2020 | 10:00 WIB
UMKM MEDIA - Mama Martha, Marta Ohee atau yang akrab disapa Mama Marta, telah merajut noken lebih dari 25 tahun,hingga kini menjadi mata pencaharian. Noken sendiri merupakan salah satu budaya suku Sentani di Papua, yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Noken memiliki arti untuk budaya adat istiadat yang ada di Sentani, terutama diwajibkan pembuatanya untuk perempuan dari masih muda.Mama
Marta mengatakan,“Seorang perempuan, kalau mau menikah, harus sudah tahu membuat noken. Itu adat kita di sana. Kalau perempuan belum bisa membuat noken berarti jangan dulu menikah."
Noken menurutnya, juga menjadi simbol budaya kecintaan ibu pada anak perempuannya.
“Perempuan kalau mau menikah, seorang ibu harus kasih noken. Kasih noken sebagai tanda bahwa ibu masih mencintai anaknya,” lanjut Mama Marta.
Kini yang menjadi kekhawatiran Mama Marta, tak semua bisa membuat noken dan mau terus mengerjakannya.Selain menyiapkan bahan bakunya lama, pembuatannya pun memang tak mudah. Tak heran jika usaha pembuatan noken berkurang di Sentani.
Noken terbuat dari kayu khusus yakni jenis kayu yonggoli dan huisa. Sebuah tas yang terbuat dari serat-serat kayu dipilih sedemikian rupa, hingga menjadi kantong yang dapat dimanfaatkan.
Pembuatan noken melalui proses yang cukup lama. Untuk mengambil seratnya saja, bahan baku berupa kayu yonggoli dan huisa, harus direndam selama satu minggu. Lalu masih harus dicuci, dijemur, baru diambil seratnya. Itu baru untuk mengambil bahan utamanya saja.
Selanjutnya dalam pembuatanya agar serat kayu tersebut bisa kuat dan tidak mudah putus, serat kayu harus dipilih secara manual di atas paha.
Berkat ketekunan Mama Martha yang membuat kerjajinan Noken, telah membuat apresiasi diri dan membanggakan kampung halamanya, Desa Asei Besar di pinggir Danau Sentani, dikenal sebagai pusat oleh-oleh khas Sentani. Khususnya berbagai karya kriya dari kulit kayu.
Dalam acara yang diikuti di BRIcraft, membawa pengalaman luar biasa bagi Mama Martha. Bertemu dengan teman-teman sesama UMKM yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, mendapat ilmu baru dan masukan untuk bisa membuat produk yang lebih bagus, adalah beberapa hal yang sudah membawa kebanggaan tersendiri.
Sampai Ia terpilih sebagai salah satu Pebisnis Kriya Terbaik dalam ajang BRI Craft. Hingga membawanya ke ajang New York Now pada tanggal 10-14 Agustus 2019, di Jacob K Javits Convention Center, Amerika.
Jennifer Isaacson, pakar bisnis kriya asal Amerika Serikat yang secara khusus memberikan pelatihan di BRICraft 2019 lalu. Jennifer juga secara khusus membantu persiapan yang harus dilakukan oleh Mama Martha, agar sukses menampilkan produknya di New York.
Berbagai pendampingan dilakukan dalam rangka mempersiapkan tas noken yang ditampilkan di Amerika. Salah satunya dengan mengubah branding Sanggar Kerajinan Kulit Khalkote Permai menjadi Krema Handcraft yang lebih mudah diingat dan diterima pasar internasional.
Noken Mama Martha tersebut lalu dipasarkan dengan brand Krema Handcraft.
Keberangkatan Mama Martha ke New York berkat dukungan Bank Rakyat Indoensia (Persero) Tbk. yang sebelumnya, juga melakukan pembinaan terhadap usaha-usaha kerajinan, melalui BRICraft dan BRI Microfinance Center.
Selama 5 hari, Mama Martha berkesempatan menjadi bagian dalam pameran dagang dan kriya internasional.
Jelas, tidak pernah terpikir sebelumnya oleh Mama Martha bisa pergi ke Amerika. Ia mengungkapkan rasa senang bisamembawa Noken keluar Papua, bahkan keluar Indonesia. Ia dapat mengenalkan Noken secara Nasional bahkan Internasional.
“Terima kasih Bank BRI, terima kasih juga untuk BRI Microfinance Center atas pendampingannya sehingga Saya bisa seperti saat ini, maju terus UMKM Indonesia” tambahnya, sebelum mengsudahi obrolan kami sore itu.
MG/QQ