Perjalanan 20 Tahun Menghasilkan Kue Teratai untuk Imlek yang Membawa Berkah
Senin, 10 Februari 2025 | 10:00 WIB

LINK UMKM - Ni Wayan Raba, pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) rumahan di Denpasar, Bali, telah menggeluti produksi kue teratai selama dua dekade. Kue teratai yang dibuat oleh Ni Wayan Raba menjadi salah satu hidangan khas yang sangat dicari oleh warga etnis Tionghoa di Bali untuk merayakan Tahun Baru Imlek. Pada tahun ini, tepatnya sejak 25 Januari 2025, ia telah menggunakan hampir 40 kilogram tepung untuk memproduksi ratusan kemasan kue yang siap didistribusikan.
Dalam menjalankan usahanya, Ni Wayan Raba tidak bekerja sendirian. Bersama dengan seorang saudari, mereka mampu mengolah bahan-bahan hingga lima kali sehari. Setiap kali mengolah bahan, mereka bisa menghasilkan lebih dari 130 potong kue, yang jika sudah dikemas berbentuk teratai, dapat terjual seharga Rp20.000 per bungkus ke toko besar dan Rp25.000 di toko-toko yang menjualnya ke masyarakat.
Bahan dasar yang digunakan untuk membuat kue teratai ini cukup sederhana, yakni tepung terigu, mentega, gula, air, dan isian rasa seperti kacang hijau, pandan, dan kacang hitam. Meskipun proses pembuatan kue teratai mirip dengan pembuatan bakpao, dibutuhkan ketelatenan dalam membentuk kue tersebut, terutama saat memberikan warna merah di ujung kue. Meskipun sempat berpikir untuk menggunakan alat praktis, Ni Wayan dan saudarinya akhirnya memilih untuk melanjutkan teknik manual karena dirasa lebih sederhana dan efektif.
Bagi warga etnis Tionghoa di Bali, kue teratai biasanya digunakan sebagai persembahan dalam puncak acara persembahyangan saat Imlek. Setelah digunakan dalam ritual, kue ini kemudian dikonsumsi bersama keluarga. Meskipun kue teratai bisa langsung dikonsumsi, banyak yang memilih untuk mengukus atau menggorengnya kembali sesuai selera, dengan batas kedaluwarsa selama tiga hari.
Tingkat penjualan kue teratai saat Imlek tidak mengalami perubahan signifikan, meskipun omzetnya tidak mencapai angka puluhan juta. Namun, kondisi tahun ini lebih baik dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya, yang penuh tantangan akibat pandemi COVID-19. Dengan terus berkomitmen untuk menjaga kualitas dan ketelatenan dalam proses produksi, Ni Wayan Raba tetap bertahan dan berkembang, memberikan keberkahan dari usaha kecil yang dijalaninya selama dua dekade.
***
NS/ALP