Pengrajin Tenun Ikat Tarik Keuntungan di Pekan enonomi Kreatif
Sabtu, 16 November 2019 | 23:18 WIB
LINKUMKM - Para pengrajin kain tenun ikat, selendang, dan aksesoris khas Sumba, Nusa Tenggara Timur meraup untung saat gelaran Ekonomi Kreatif Sidang Raya PGI ke-XVII, Waingapu, Sumba Timur, 7 hingga 13 November 2019.
Pelaku pameran Yuli E Lindidja mengatakan, mendapatkan omzet sekitar Rp4 juta untuk 20 kain sepelang dan Rp2 juta untuk kain matrik.
Peserta pameran lainya, mengaku selama pameran dibuka dia memperoleh omzet Rp 600.000. Omzet seperti itu ia peroleh dari tiga lembar kain sepelang yang laku terjual.
Untung masih menghinggapi sejumlah penjaja kain dagangan di acara ini. Setidaknya untuk yang diperoleh mencapai Rp1 hingga 4 juta.
Kain Sumba butuh waktu lama dalam pembuatannya. Sehelai atau selembar kain Sumba pembuatannya bisa mencapai lebih dari enam bulan atau setengah tahun. Bahkan ada yang pembuatannya mencapai tiga tahun..
Durasi yang lama dalam pembuatan kain ini karena selain menenun dan membuat motif, ada sebiah tahapan dimana kain harus diangin-anginkan selama sebulan sebelum dicelup dalam minyak kemiri.
Dalam proses ini penenun membiarkan alam ikut campur agar kain menjadi lebih indah.
Kain Sumba ini umumnya masih menggunakan pewarna alami dan bukanlah pewarna buatan seperti bahan kain pabrik.
Untuk membentuk motifnya, benang-benang tenun Sumba ini diikat menggunakan daun gewang, yakni semacam daun palem, agar warna pada motif berbeda dengan warna dasar.
Sedangkan untuk pewarnaan, penenun kebanyakan memakai akar mengkudu untuk mendapatkan warna merah, biru dari nila, cokelat dari lumpur, dan kuning dari kayu.